RSS

Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)

STRUKTUR ORGANISASI RIMA 2009 - 2012




Pelindung


Bp. Didik Indratmoyo

Penasehat


Bp. H. Rusyadi

Pembina


  1. Bp. Hadi Soimun
  2. Bp. Drs. H. Zazinto
  3. M. Ridwan


Ketua


Afief Kurnia Rachman

Wakil ketua


Fissilmi Gunawati

Sekretaris


  1. Risa Puji Astuti
  2. Henny Issnawaty
  3. M. Fatkhur Rizki


Bendahara


  1. Anita Kristiana
  2. Onny Setyaningsih
  3. Hartono


SEKSI-SEKSI



Dakwah dan PHBI


  1. Dani Setiawan
  2. Alim Wisnu Kurniawan
  3. Romdhoni
  4. Muntoha


Perlengkapan dan Perawatan


  1. Syaiful Mufid
  2. M. Amar Ma’ruf Fauzi
  3. Elvin
  4. Mellisa


Kolektor Listrik


Heri Krismanto

Kesenian dan Mading


  1. Candra Tri Yulianto
  2. Monik Setyorini
  3. Nur Izzati
  4. Maya Aprilia


Sosial


  1. Okki Sulistiawan
  2. Nasta’in
  3. M. Setya Roji’in
  4. Fuad Adhi Sasmito


Kebersihan


  1. Erlin
  2. Dewi Lestariyah
  3. Firawati
  4. Farida


Olahraga


  1. Galuh Adi Prakoso
  2. Syukron Ma’mun
  3. Hima Adhitama
  4. Hariyadi


Humas


  1. Jarwadi
  2. Didik Cahyadi
  3. Hendi Probo Jati


Keamanan


  1. Winarno
  2. As’ari
  3. Mahbub
  4. Mahmud


Monday, February 21, 2011

Menyucikan Hati Yang Berkarat

Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya hati bisa berkarat dan untuk menyucikannya adalah dengan membaca Al-Qur'an, mengingat kematian, dan menghadiri majelis-majelis zikir.”

Hati dapat berkarat. Untuk mencegahnya adalah dengan cara sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah SAW. Jika tidak, hati dapat berubah menjadi hitam karena jauh dari cahaya-Nya; menjadi hitam karena kecintaan terhadap dunia dan berkutat padanya tanpa disertai sikap wara’. Sebab, barangsiapa yang di dalam hatinya ada kecintaan pada dunia, akan hilanglah sikap wara’-nya, sehingga dia akan menyatukan antara perkara yang halal dengan yang haram. Pada saat itu, dia tidak bisa lagi memilih dan memilah, serta hilanglah rasa malu pada Allah Azza wa Jalla, dan pengawasan- Nya.

Wahai kaum Muslim, terimalah nasihat dari Nabi dan sucikanlah hati kalian yang berkarat dengan obat yang telah disebutkan untukmu. Seandainya salah seorang di antara kalian sakit dan dokter merekomendasikan sejumlah obat untuknya, maka obat-obat itu tidak akan memberikan kehidupan kepadanya hingga dia mau memanfaatkan obat tersebut. Hendaklah kalian merasa diawasi oleh Allah, baik di dalam kesendirian (khalwat) ataupun di tengah keramaian. Hendaklah engkau menjadikan matamu seolah-olah melihat- Nya. Apabila tidak mampu melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu. Barangsiapa yang mengingat Allah Azza wa Jalla dengan hatinya, maka dia benar-benar telah mengingat-Nya. Sebaliknya, barangsiapa yang tidak mengingat-Nya dengan hatinya, berarti dia tidak benar-benar mengingat-Nya. Sebab, lisan adalah anak kandung hati. Lisan mengikuti hati. Hendaklah kalian membiasakan diri untuk mendengar berbagai nasehat. Sebab, bila hati kosong dari berbagai nasehat, ia akan buta. Haikat tobat adalah mengagungkan perintah Allah Azza wa Jalla dalam seluruh keadaan.

Oleh karena itu, ada ulama yang mengatakan, “Kebajikan terdapat pada dua kalimat ini : (1). Mengagungkan perintah Allah Azza wa Jalla dan (2) Bersikap welas-asih terhadap makhluk-Nya. Setiap orang yang tidak mengagungkan perintah Allah Azza wa Jalla dan tidak bersikap welas-asih terhadap makhluk-Nya, maka dia jauh sekali dari Allah.

Allah Azza wa Jalla mewahyukan kepada Nabi Musa a.s., “Bersikap welas-asihlah, hingga Aku bersikap welas-asih kepadamu. Sesungguhnya Aku Maha Pengasih. Barangsiapa yang bersikap welas-asih, Aku akan mengasihi dan memasukkannya ke dalam surga. Karena itu, alangkah bahagia orang-orang yang senantiasa bersikap welas-asih.”

Mereka makan dan kita makan. Mereka minum, kita minum. Mereka berpakaian, kita berpakaian. Mereka berkumpul, kita berkumpul.

Barangsiapa menghendaki kebahagiaan, bersabarlah dari perkara- perkara yang haram, hal-hal yang syubhat, dan berbagai keinginan syahwat. Dia juga mesti bersabar dalam menunaikan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya serta dalam menjalani takdir-Nya. Kaum muslim senantiasa bersama Allah dan hanya bersabar kepada-Nya. Mereka bersabar agar bisa selalu bersama-Nya. Mereka berusaha agar timbul kedekatan diri kepada-Nya. Mereka keluar dari rumah diri, nafsu, dan tabiatnya. Mereka tidak pernah lepas dari syariat Allah. Mereka berjalan menuju Allah SWT. Lalu berbagai macam bencana, musibah, kelaparan, kehausan, ketelanjangan, kehinaan, dan ujian, datang kepadanya. Tetapi mereka tidak goncang menghadapi semua itu; tidak juga mereka kembali dari perjalanannya; tidak juga mereka berubah dari perkara-perkara yang menguasainya. Mereka senantiasa seperti itu hingga terwujud dalam diri mereka keabadian hati dan tujuannya.

Hendaklah kaum Muslim beramal untuk bekal pertemuan dengan Allah Azza wa Jalla dan merasa malu sebelum berjumpa dengan-Nya. Rasa malu orang Mukmin itu kepada Allah dan kemudian kepada makhluk-Nya. Kecuali pada perkara-perkara yang dikembalikan pada agama dan di luar batas-batas syariat, maka rasa malu dalam hal demikian tidak boleh, apalagi bersikap kurang ajar pada agama Allah. Akan tetapi, dia mesti menegakkan batas-batas syariat dan menjalani perintah-Nya.

Barangsiapa yang benar-benar mengikuti Rasulullah SAW, maka dia akan memakai pelindung kepala dan perisainya serta memegang pedang dengan tangannya. Terlepas darinya siapa saja yang berlepas diri darinya. Kebahagiaan bersama-Nya demikian kuat. Dia bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla atas semua itu. Kemudian menjadikan dirinya sebagai peganti Rasulullah di kalangan umatnya, menjadi petunjuk dan penyeru mereka menuju pintu Allah Azza wa Jalla. Dia adalah seorang penyeru dan penunjuk jalan. Mereka senantiasa menunjukkan jalan kepada umat dan bersabar atas celaan mereka dengan tetap memberi mereka berbagai nasehat. Mereka tersenyum di hadapan orang-orang Munafik dan orang-orang fasik. Mereka membawa nya menuju pintu Allah Azza wa Jalla. Oleh karena itu, ada ulama yang berkata, “Tidak menertawakan wajah orang fasik kecuali seorang arif.”

Engkau menyangka bahwa dirimu tersembunyi dari para shiddiqin yang arif dan gemar beramal. Sampai kapan engkau menghabiskan usiamu pada sesuatu yang sia-sia? Sungguh Allah Mahabesar atasmu, wahai orang yang hatinya mati, wahai orang yang bersekutu dengan makhluk, wahai orang yang menyembah berhala. Sesungguhnya engkau terhijab dari Allah Azza wa Jalla. Setiap orang yang melihat bahwa kemudaratan maupun kemanfaatan datang bukan dari Allah, berarti dia tidak termasuk hamba Allah. Dia hanya hamba orang yang dia pandang. Orang yang demikian, sekarang berada dalam bara api, dan keterhijaban, besok ada dalam api neraka jahanam. Tidak ada orang selamat dari siksa api neraka Allah Azza wa Jalla kecuali orang-orang yang bertakwa, bertauhid, ikhlas, dan gemar bertobat.

Bertobatlah dengan hatimu, kemudian dengan lisanmu. Tobat hati ibarat negara. Negara akan mengubah diri, hawa nafsu, setan, dan kawan- kawannya yang buruk. Apabila engkau bertobat, akan berubalah pendengaran, pengelihatan, lisan, hati, dan seluruh anggota tubuhmu; makanan dan minumanmu menjadi bersih dari kotoran hal-hal yang haram dan syubhat; dirimu menjadi wara’ dalam hidup dan jual-beli.

Hendaklah engkau menjadikan seluruh harapanmu hanya kepada Maulamu; Allah Azza wa Jalla. Hilangkanlah adat-kebiasaan dan gantikan tempatnya untuk ibadah. Hilangkan kemaksiatan dan gantikan posisinya oleh ketaatan. Selanjutnya, hendaklah engkau benar-benar mewujudkan hakikat kebenaran syariat dan kesaksiaannya. Sebab, setiap hakikat yang tidak disaksikan oleh syariat adalah kezindikan. Apabila engkau telah meraih hakikat ini, akan datang kepada dirimu kefanaan (hilangnya) akhlak yang tercela dari pandangan seluruh makhluk. Pada saat itu, lahiriahmu terpelihara, sementara batiniahmu disibukkan dengan Allah Azza wa Jalla. Dengan demikian, sempurnalah keadaanmu. Kemudian, seandainya datang ke hadapannmu dunia dengan seluruh makhluk—baik dari kalangan orang yang terdahulu maupun yang datang kemudian—mengikutimu, hal demikian tidak akan menimbulkan kemudaratan dan tidak akan mengubah posisimu di hadapan pintu Allah Azza wa Jalla. Sebab, engkau telah tegak bersama-Nya, serta memandang keagungan dan keindahan-Nya. Apabila engkau memandang keagungan-Nya, engkau berpisah. Apabila memandang keindahan-Nya engkau menyatu. Engkau takut ketika memandang Zat Yang Mahaagung dan berharap tatkala memandang Zat Yang Mahaindah. Engkau menjadi fana pada saat memandang Zat Yang Mahaagung dan teguh ketika memandang Zat Yang Mahaindah. Karena itu, berbahagialah orang yang dapat merasakan ‘makanan’ ini. (Syaikh ‘Abdul Qadir Jailani)

No comments:

Post a Comment

Categories

2012 (1) adab (6) akhwat (6) al qur'an (7) Al-Ghazali (2) alqur'an (3) amal-amal mulia (1) astronomi (2) bercanda (2) bermuda (1) binteng (1) cahaya (3) cantik (5) cinta (3) claudius (1) cosmis (1) dewasa (2) diponegoro (1) fachchar (1) film (1) fisika (4) formosa (1) hati (3) hidup (2) hijab (1) hukum (1) iblis (1) ilmu (2) jawa (1) jilbab (3) jin (1) kecepatan (1) kesehatan (3) ketua (1) kiamat (2) kristologi (2) lailatul qadar (1) liberalisme (3) Madinah (2) makkah (1) manfaat puasa (1) manusia (4) maulud (1) merokok (1) MUI (2) muslim (4) muslimah (6) nabi (3) nasa (1) newton (1) nikah (2) nikmat (1) pacaran (6) pahlawan (1) pengetahuan (13) perempuan (3) planet (1) proteinasi (1) ramadhan (1) RIMA (1) Rosulullah (5) sabar (5) sahur (1) sambutan (1) sejarah (8) sekolah (4) sepakbola (1) sholat (3) suku maya (1) sumur setan (1) syukur (2) tafsir (1) tahun baru (1) Thien (1) valentine (2) waktu (2) wanita (7) zina (5) फित्नाह (1)