RSS

Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)

STRUKTUR ORGANISASI RIMA 2009 - 2012




Pelindung


Bp. Didik Indratmoyo

Penasehat


Bp. H. Rusyadi

Pembina


  1. Bp. Hadi Soimun
  2. Bp. Drs. H. Zazinto
  3. M. Ridwan


Ketua


Afief Kurnia Rachman

Wakil ketua


Fissilmi Gunawati

Sekretaris


  1. Risa Puji Astuti
  2. Henny Issnawaty
  3. M. Fatkhur Rizki


Bendahara


  1. Anita Kristiana
  2. Onny Setyaningsih
  3. Hartono


SEKSI-SEKSI



Dakwah dan PHBI


  1. Dani Setiawan
  2. Alim Wisnu Kurniawan
  3. Romdhoni
  4. Muntoha


Perlengkapan dan Perawatan


  1. Syaiful Mufid
  2. M. Amar Ma’ruf Fauzi
  3. Elvin
  4. Mellisa


Kolektor Listrik


Heri Krismanto

Kesenian dan Mading


  1. Candra Tri Yulianto
  2. Monik Setyorini
  3. Nur Izzati
  4. Maya Aprilia


Sosial


  1. Okki Sulistiawan
  2. Nasta’in
  3. M. Setya Roji’in
  4. Fuad Adhi Sasmito


Kebersihan


  1. Erlin
  2. Dewi Lestariyah
  3. Firawati
  4. Farida


Olahraga


  1. Galuh Adi Prakoso
  2. Syukron Ma’mun
  3. Hima Adhitama
  4. Hariyadi


Humas


  1. Jarwadi
  2. Didik Cahyadi
  3. Hendi Probo Jati


Keamanan


  1. Winarno
  2. As’ari
  3. Mahbub
  4. Mahmud


Friday, August 20, 2010

Keberkahan Sahur

Rasulullah SAW bersabda, "Sahur adalah makanan berkah, maka jangan kalian tinggalkan walaupun salah seorang dari kalian hanya meneguk seteguk air, karena Allah dan para malaikat bershalawat atas orang-orang yang bersahur". (HR Ibnu Abu Syaibah dan Ahmad).

Penjelasan: Ada dua kata kunci dalam hadits tersebut, yaitu sahur dan keberkahan. Sahur adalah "ritual" menyantap makanan saat menjelang fajar dan sebelum subuh bagi orang-orang yang akan menunaikan ibadah shaum. Sahur termasuk salah satu amalan sunnah yang dianjurkan (sunnah muakad).

Kata kedua adalah keberkahan. Apa yang dimaksud dengan keberkahan atau berkah? Menurut Ar-Raghib Al-Asfahanny, berkah berarti tetapnya kebaikan Allah terhadap sesuatu. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah mendefinisikan berkah sebagai kenikmatan atau tambahan. Berkah pun, masih menurut Ibnul Qayyim, mengandung hakikat sebagai kebaikan yang banyak dan terus menerus yang tidak berhak memiliki sifat tersebut kecuali Allah Tabaraka wa Ta'ala. Sedangkan Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengartikan berkah sebagai kebaikan yang banyak dan tetap.

Dari makna-makna tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa berkah atau keberkahan adalah suatu sifat yang di dalamnya mengandung kebaikan. Berkah bisa berkaitan dengan perbuatan atau ucapan, tempat, dan waktu. Sahur adalah perkara yang setidaknya mengandung dua keberkahan, yaitu keberkahan dalam hal perbuatan dan keberkahan dalam hal waktu pelaksanaan.

Berkaitan dengan keberkahan sahur sebagai perbuatan, Rasulullah SAW bersabda: ''Dari Anas bin Malik RA Rasulullah SAW bersabda, "Makan sahurlah kalian, karena pada makan sahur itu terdapat keberkahan". Juga hadits dari Ahmad dan An-Nasai, "Sesungguhnya dia (makan sahur) adalah berkah yang diberikan Allah kepada kalian, maka jangan kalian meninggalkannya."

Demikian utamanya sahur, sampai-sampai Rasul menganjurkan kita untuk tidak meninggalkannya walau hanya dengan seteguk air saja. "Jangan kalian tinggalkan (sahur) walaupun salah seorang dari kalian hanya meneguk seteguk air, karena Allah dan para malaikat bershalawat atas orang-orang yang bersahur".

Berkaitan dengan waktu, keberkahan sahur terjadi karena dilakukan di sepertiga malam terakhir. Inilah waktu mustajabnya doa; saat Allah SWT "turun" ke bumi; dan saat orang-orang beriman biasa melakukan Qiyamul Lail (QS Al-Israa: 79). Bila dua keberkahan (perbuatan dan waktu) menjadi satu, maka sangat rugi bila kita mengabaikannya.

Lalu, bagaimana caranya agar sahur kita menjadi maksimal? Intinya, kita harus menambah porsi dzikir pada saat sahur dibanding porsi makanan yang kita konsumsi. Karena itu, sangat dianjurkan bila sebelum makan sahur kita berwudhu terlebih dulu, shalat, berdoa, dan dzikir.

Bukankah Rasul pernah bersabda, "Rabb kita Tabaraka wa Ta'ala turun pada setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman: 'Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku akan mengabulkannya. Siapa yang minta kepada-Ku, Aku akan memberinya, dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku, Aku akan mengampuninya'." (HR Bukhari). Yang juga harus diperhatikan, sahur bisa diakhirkan, jangan berlebihan, dan setelah sahur jangan tidur lagi. Wallahu a'lam bish-shawab.

Manfaat Puasa Dari Segi Medik

"... Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah, 2 : 184). Ayat tersebut mengisyaratkan kepada manusia bahwa puasa mempunyai faedah bagi makhluk ciptaan-Nya, karena Dia-lah yang paling tahu mengenai anatomi tubuh dan kebutuhan tiap-tiap hamba-Nya.

Disadari bahwa sejak Syawal - Sya’ban (11 bulan) organ-organ tubuh manusia telah bekerja keras memproses makanan dan minuman yang dikonsumsi tubuh, bahkan saat phisik tidurpun fungsi pencernaan tubuh tidak serta merta ikut tidur, mereka tetap bekerja, oleh karena itu untuk suatu masa tertentu organ-organ itu perlu disitirahkan. Istirahat itulah yang bernama "Puasa". Sebagaimana halnya dengan pekerja yang harus menjalani cuti tahunan 12 hari kerja selama setahun. Menurut para ilmuwan, puasa adalah terapi pengobatan alami paling tua, pengurangan jumlah dan frekwensi makan menyebabkan liver lebih aktif dan leluasa melakukan pembersihan atau pembuangan racun (detoksifikasi) dari dalam tubuh. Dengan berkurangnya racun dalam tubuh, hal itu akan meningkatkan sirkulasi oksigen dan nutrisi ke seluruh sel dan jaringan tubuh sehingga sel bisa memperbaiki diri dan meningkatkan fungsinya secara optimal. Lantas, bagaimana terjadinya proses detoksifikasi selama puasa?.

Secara fisik, puasa mengistirahatkan organ-organ yang berkaitan dengan pencernaan termasuk lambung, usus, pankreas, empedu dan liver. Liver adalah organ yang aktifitas metaboliknya paling tinggi. Selain berfungsi sebagai gudang penyimpanan dan distributor zat-zat makanan yang diperlukan sel-sel tubuh kita, liver juga mengendalikan keluar masuknya racun pada tubuh kita. Secara bertahap dengan berkurangnya kalori saat berpuasa, liver akan mengubah glikogen (cadangan energi dari karbohidrat yang disimpan oleh hati) menjadi glukosa dan energi. Dengan berkurangnya jumlah glikogen karena puasa, maka tubuh akan menggunakan protein dalam otot sebagai penghasil glukosa dan energi dengan cara mengubah protein menjadi asam amino lebih dulu. Asam lemak digunakan paling akhir setelah energi dari protein mulai menipis. Seperti protein, lemak juga diubah dulu menjadi keton sebelum menjadi energi yang dapat digunakan otak, proses ini disebut ketosi. Pada puasa, ketosis merupakan adaptasi tubuh untuk mencegah kekurangan protein akibat pembakaran. (Anonim, 2003).

Untuk melakukan penghematan energi, tubuh secara reflek mempertahankan diri dengan melakukan pengurangan beban, yaitu mulai melakukan pengurasan zat-zat bersifat racun bahkan yang sudah jauh merasuk ke dalam sel-sel tubuh yang paling dalam, dan juga ampas-ampas metabolisme seperti timbunan lemak, sel-sel aus, jaringan yang rusak, tumor dan berbagai bentuk jaringan abnormal lainnya dengan mengaktifkan organ-organ pembuangan. Proses ini disebut otolisasi, dan biasanya mulai terjadi pada hari ketiga. Dalam proses ini tubuh juga akan menstimulasi dan mempercepat pertumbuhan sel-sel baru, pada saat protein yang diperlukan disintesa ulang (recycle) dari sel-sel yang sudah aus. Dengan demikian kadar protein dalam darah tetap konstan dan normal selama puasa. Racun-racun dan ampas metabolisme yang tidak bisa direcycle dibuang oleh organ-organ pembuangan. Dalam proses ini, beberapa gejala pengeluaran racun dapat terlihat seperti warna urine yang lebih keruh, pengeluaran mukus atau lendir melalui hidung (ingus), tenggorokan (riak) dan berlanjut melalui usus besar. Dengan berkurangnya racun dalam tubuh akan meningkatkan sirkulasi oksigen dan nutrisi ke seluruh sel dan jaringan tubuh sehingga sel bisa memperbaiki diri dan meningkatkan fungsinya secara optimal.

Amal-amal Mulia di Bulan Ramadhan

1. Shiyam (puasa)
Amaliyah terpenting selama bulan Ramadhan tentu saja adalah shiyam (puasa), sebagaimana termaktub dalam firman Allah pada surat al Baqarah : 183-187. Dan diantara amaliyah shiyam Ramadhan yang diajarkan oleh Rasulullah ialah:
a. Berwawasan yang benar tentang puasa dengan mengetahui dan menjaga rambu-rambunya. "Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengetahui rambu-rambunya dan memperhatikan apa yang semestinya diperhatikan, maka hal itu akan menjadi pelebur dosa-dosa yang pernah dilakukan sebelumnya." (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi).
b. Tidak meninggalkan shiyam, walaupun sehari, dengan sengaja tanpa alasan yang dibenarkan oleh syari'at Islam. Rasulullah SAW bersabda bahwa : "Barangsiapa tidak puasa pada bulan Ramadhan sekalipun sehari tanpa alasan rukhshoh atau sakit, hal itu (merupakan dosa besar) yang tidak bisa ditebus bahkan seandainya ia berpuasa selama hidup." (HR. At Turmudzi).
c. Menjauhi hal-hal yang dapat mengurangi atau bahkan menggugurkan nilai shiyam. Rasulullah SAW pernah bersabda: Bukanlah (hakikat) shiyam itu sekedar meninggalkan makan dan minum, melainkan meninggalkan pekerti sia-sia (tidak bernilai) dan kata-kata bohong." (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah).
d. Bersungguh-sungguh melakukan shiyam dengan menepati aturan-aturannya. Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan penuh Iman dan kesungguhan, maka akan diampunkani dosa-dosa yang pernah dilakukan." (HR. Bukhori, Muslim dan Abu Daud).
e. Bersahur, makanan yang berkah (al ghoda' al mubarak). Dalam hal ini Rasulullah pernah bersabda bahwa: "Makanan sahur semuanya bernilai berkah, maka jangan anda tinggalkan, sekalipun hanya dengan seteguk air. Allah dan para Malaikat mengucapkan salam kepada orang-orang yang makan sahur." (HR. Ahmad). Dan disunnahkan mengakhirkan waktu makan sahur.
f. Ifthar, berbuka puasa. Rasululah pernah menyampaikan bahwa salah satu indikasi kebaikan umat manakala mereka mengikuti sunnah dengan mendahulukan ifthor (berbuka puasa) walau dengan air saja. Rasulullah SAW bersabda bahwa: "Sesungguhnya termasuk hamba Allah yang paling dicintai oleh-Nya, ialah mereka yang bersegera berbuka puasa." (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
g. Berdo'a. Sesudah menyelesaikan ibadah puasa dengan ber-ifthar, sebagai wujud syukur kepada Allah, Rasulullah Saw berdo'a.

2. Tilawah (membaca) al Qur'an
Ramadhan adalah bulan diturunkannya al Qur'an. (QS. Al Baqarah: 185). Pada bulan ini Malaikat Jibril pernah turun dan menderas al Qur'an dengan Rasulullah SAW (HR. Bukhori). Imam az Zuhri pernah berkata : "Apabila datang Ramadhan maka kegiatan utama kita (selain shiyam) ialah membaca al Qur'an". Hal ini tentu saja dilakukan dengan tetap memperhatikan tajwid (kaidah membaca al Qur'an) dan esensi dasar diturunkannya al Qur'an untuk ditadabburi, dipahami dan diamalkan. (QS. Shad: 29).

3. Ith'am ath tho'am (memberikan makanan dan shodaqoh lainnya).
Salah satu amaliyah Ramadhan Rasulullah ialah memberikan ifthar (santapan berbuka puasa) kepada orang-orang yang berpuasa. Seperti beliau sabdakan: "Barangsiapa yang memberi ifthar kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut." (HR. Turmudzi dan an Nasa'i).
Memberi makan dan sedekah selama bulan Ramadhan ini bukan hanya untuk keperluan ifthar melainkan juga untuk segala kebajikan. Rasulullah yang dikenal dermawan dan penuh peduli terhadap nasib umat, pada bulan Ramadhan kedermawanan dan keperduliannya tampil lebih menonjol.

4. Memperhatikan kesehatan.
Shaum memang termasuk kategori ibadah mahdhah (murni). Sekalipun demikian agar nilai maksimal ibadah puasa dapat diraih, Rasulullah justru mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa dibawah ini:
a. Bersikat gigi (bersiwak) (HR. Bukhori dan Abu Daud).
b. Berobat seperti dengan berbekam (al hijamah) seperti yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim.
c. Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan oleh Rasulullah SAW kepada sahabat Abdullah ibnu Mas'ud Ra, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. (HR. AL Haitsami).

5. Memperhatikan keharmonisan keluarga.
Sekalipun puasa adalah ibadah yang khusus diperuntukkan kepada Allah, yang memang juga mempunyai nilai khusus dihadapan Allah, tetapi agar hal tersebut di atas dapat terealisir dengan lebih baik, maka Rasulullah justru mensyari'atkan agar selama berpuasa umat tidak mengabaikan harmoni dan hak-hak keluarga.

6. Memperhatikan aktivitas da'wah dan sosial
Kontradiksi dengan kesan dan perilaku umum tentang berpuasa, Rasulullah SAW justru menjadikan bulan puasa sebagai bulan penuh amaliyah dan aktivitas positif. Selain yang telah tergambar seperti tersebut dimuka, beliau juga aktif melakukan da'wah, kegiatan sosial, perjalanan jauh dan berjihad.
Dalam sembilan kali Ramadhan yang pernah beliau alami, beliau misalnya melakukan perjalanan dalam perang Badr (tahun 2 H), Mekkah (tahun 8 H), dan Tabuk (tahun 9 H), mengirimkan 6 askariyah (pasukan jihad yang tidak secara langsung beliau pimpin), melaksanakan perkawinan putrinya (Fathimah) dengan Ali RA, beliau berkeluarga dengan Hafshoh dan Zainab Ra, meruntuhkan berhala-berhala Arab seperti Lata, Manat dan Suwa', meruntuhkan masjid adh Dhiror, dll.

7. Qiyam Ramadhan (sholat tarawih)
Diantara kegiatan ibadah Rasulullah selama bulan Ramadhan ialah ibadah qiyam al lail, yang belakangan lebih populer disebut sebagai shalat tarowih. Hal demikian ini beliau lakukan bersama dengan para sahabat beliau. Sekalipun karena kekhawatiran bila akhirnya shalat tarawih (berjama'ah) itu menjadi diwajibkan oleh Allah, Rasulullah kemudian meninggalkannya. (HR. Bukhori Muslim). Dalam situasi itu riwayat yang shohih menyebutkan bahwa Rasulullah shalat tarawih dalam 11 raka'at dengan bacaan-bacaan yang panjang. (HR. Bukhori Muslim).
Tetapi ketika kekhawatiran tentang wajibnya shalat tarawih itu tidak ada lagi, kita dapatkan riwayat-riwayat lain, juga dari Umar ibn al Khothob ra, yang menyebutkan jumlah raka'at shalat tarawih adalah 21 atau 23 raka'at. (HR. Abdur Razaq dan al Baihaqi).

8. I'tikaf.
Diantara amaliyah sunnah yang selalu dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam bulan Ramadhan ialah i'tikaf, yakni berdiam diri di dalam masjid dengan niat beribadah kepada Allah. Seperti dilaporkan oleh Abu Sa'id al Khudlri Ra, hal demikiam ini pernah beliau lakukan pada awal Ramadhan, pertengahan Ramadhan dan terutama pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Ibadah yang demikian penting ini sering dianggap berat sehingga ditinggalkan oleh orang-orang Islam, maka tidak aneh kalau Imam az Zuhri berkomentar; "Aneh benar keadaan orang Islam, mereka meninggalkan ibadah i'tikaf, padahal Rasulullah SAW tak pernah meninggalkannya semenjak beliau datang ke Madinah sehingga wafatnya disana."

9. Lailat al Qodr
Selama bulan Ramadhan ini terdapat satu malam yang sangat berkah, yang populer disebut sebagai lailat al Qadr, malam yang lebih berharga dari seribu bulan (QS. Al Qadr : 1-5). Rasulullah tidak pernah melewatkan kesempatan untuk meraih lailatul qadr terutama pada malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan puasa (HR. Bukhori Muslim).
Dalam hal ini Rasulullah menyampaikan bahwa : "Barangsiapa yang sholat pada malam lailatul qadr berdasarkan iman dan ihtisab, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhori Muslim).

10. Umroh.
Umroh atau haji kecil itu bagus juga apabila dilaksanakan pada bulan Ramadhan, sebab nilainya bisa berlipat-lipat, sebagaimana pernah disabdakan oleh Rasulullah kepada seorang wanita dari anshar bernama Ummu Sinan: "Agar apabila datang bulan Ramadhan ia melakukan umroh, karena nilainya setara dengan haji bersama Rasulullah SAW. (HR. Bukhori Muslim).

11. Zakat Fitrah
Pada hari-hari terakhir bulan Ramadhan amaliyah yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW ialah membayarkan zakat fitra, suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh umat Islam baik laik-laki maupun perempuan, baik dewasa maupun anak-anak (HR. Bukhori Muslim).
Zakat fitrah ini juga berfungsi sebagai pelengkap penyucian untuk pelaku puasa dan untuk membantu kaum fakir miskin. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).

12. Ramadhan bulan taubat menuju fithrah
Selama sebulan penuh, secara berduyun-duyun umat kembali kepada Allah yang Maha Pemurah juga Maha Pengampun. Dia Dzat yang menyampaikan bahwa pada setiap malam bulan Ramadhan Allah membebaskan banyak hambaNya dari api nereka. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Karenanya inilah satu kesempatan emas agar umat dapat kembali, bertaubat agar ketika mereka selesai melaksanakan ibadah puasa mereka benar-benar kembali kepada fithrahnya.

Panduan Menggapai Lailatul Qadar

Sesudah disyariatkannya ibadah shaum, dan agar umat Islam dapat merealisasikan nilai taqwa, Allah SWT melengkapi nikmat-Nya dengan memberikan adanya "Lailat al qodr". Allah berfirman : "Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur'an pada "Lailat al qodr". Tahukah kalian apakah "Lailat al qodr"? Itulah malam yang lebih utama dari pada seribu bulan." (QS. Al Qodr : 1-3).

Keutamaan Lailat al Qodr
Ayat yang dikutip di atas jelas menunjukkan nilai utama dari "Lailat al qodr". Mengomentari ayat di atas Anas bin Malik ra menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan keutamaan disitu adalah bahwa amal ibadah seperti shalat, tilawah al-Qur'an, dan dzikir serta amal sosial (seperti shodaqoh dana zakat), yang dilakukan pada malam itu lebih baik dibandingkan amal serupa selama seribu bulan (tentu di luar malam lailat al qodr sendiri). Dalam riwayat lain Anas bin Malik juga menyampaikan keterangan Rasulullah SAW bahwa sesungguhnya Allah mengkaruniakan "Lailat al qodr" untuk umatku, dan tidak memberikannya kepada umat-umat sebelumnya.
Sementara berkenaan dengan ayat 4 surat al qodr, Abdullah bin Abbas ra menyampaikan sabda Rasulullah bahwa pada saat terjadinya lailat al qodr, para malaikat turun kebumi menghampiri hamba-hamba Allah yang sedang qiyam al lail, atau melakukan dzikir, para malaikat mengucapkan salam kepada mereka. Pada malam itu pintu-pintu langit dibuka, dan Allah menerima taubat dari para hambaNya yang bertaubat.
Dalam riwayat Abu Hurairah ra, seperti dilaporkan oleh Bukhori, Muslim dan al Baihaqi, Rasulullah SAW juga pernah menyampaikan, "Barangsiapa melakukan qiyam (shalat malam) pada lailat al qodr, atas dasar iman serta semata-mata mencari keridloan Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa yang pernah dilakukannya."
Demikian banyaknya keutamaan lailat al qodr, sehingga Ibnu Abi Syaibah pernah menyampaikan ungkapan al Hasan al Bashri, katanya : "Saya tidak pernah tahu adanya hari atau malam yang lebih utama dari malam yang lainnya, kecuali ' Lailat al qodr', karena lailat al qodr lebih utama dari (amalan) seribu bulan."

Hukum "Menggapai" Lailat al Qodr
Memperhatikan pada arahan (taujih) Rasulullah SAW, serta contoh yang beliau tampilkan dalam upaya "menggapai" lailat al qodr, dalam hal ini misalnya Umar pernah menyampaikan sabda Rasulullah SAW: "Barangsiapa mencari lailat al qodr, hendaknya ia mencarinya pada malam kedua puluh tujuh." (HR. Ahmad).
Maka para ulama' berkesimpulan bahwa berupaya menggapai lailat al qodr hukumnya sunnah.

Kapankah terjadinya Lailat al Qodr
Sesuai dengan firman Allah pada awal surat Al Qodr, serta pada ayat 185 surat Al Baqoroh, dan hadits Rasulullah SAW. Maka para ulama' bersepakat bahwa "Lailat al qodr" terjadi pada malam bulan Ramadhan. Bahkan seperti diriwayatkan oleh Ibnu Umar, Abu Dzar, dan Abu Hurairah, lailat al qodr bukannya sekali terjadi pada masa Rasulullah SAW saja, malainkan ia terus berlangsung pada setiap bulan Ramadhan untuk mashlahat umat Muhammad, sampai terjadinya hari qiyamat. Adapun tentang penentuan kapan persis terjadinya lailat al qodr, para ulama berbeda pendapat disebabkan beragamnya informasi hadits Rasulullah, serta pemahaman para shahabat tentang hal tersebut. Sebagaimana tersebut dibawah ini :
1. Lailat al qodr terjadi pada malam 17 Ramadhan, malam diturunkannya Al Qur'an. Hal ini disampaikan oleh Zaid bin Arqom, dan Abdullah bin Zubair ra. (HR. Ibnu Abi Syaibah, Baihaqi dan Bukhori dalam tarikh).
2. Lailat al qodr terjadi pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Diriwayatkan oleh Aisyah dari sabda Rasululah SAW: "Carilah lailat al qodr pada malam-malam ganjil disepuluh hari terakhir bulan Ramadhan." (HR. Bukhori, Muslim dan Baihaqi).
3. Lailat al qodr terjadi pada malam tanggal 21 Ramadhan, berdasarkan hadits riwayat Abi Said al Khudri yang dilaporkan oleh Bukhori dan Muslim.
4. Lailat al qodr terjadi pada malam tanggal 23 bulan Ramadhan, berdasarkan hadits riwayat Abdullah bin Unais al Juhany, seperti dilaporkan oleh Bukhori dan Muslim.
5. Lailat al qodr terjadi pada malam tanggal 27 bulan Ramadhan, berdasarkan hadits riwayat Ibnu Umar, seperti dikutip oleh Ahmad. Dan seperti diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, bahwa Umar bin al Khoththob, Hudzaifah serta sekumpulan besar shahabat, yakin bahwa lailat al qodr terjadi pada malam 27 bulan Ramadhan.
Rasulullah SAW seperti diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, juga pernah menyampaikan kepada shahabat yang telah tua dan lemah tak mampu qiyam berlama-lama dan meminta nasehat kepada beliau kapan ia bisa mendapatkan lailat al qodr, Rasulullah SAW kemudian menasehati agar ia mencarinya pada malam ke 27 bulan Ramadhan. (HR. Thabroni dan Baihaqi).
6. Seperti difahami dari riwayat Ibnu Umar dan Abi Bakrah yang dilaporkan oleh Bukhori dan Muslim, terjadinya lailat al qodr mungkin berpindah-pindah pada malam-malam ganjil sepanjang sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Sesuai dengan informasi terakhir ini, dan karena langka dan pentingnya lailat al qodr, maka selayaknya setiap muslim berupaya selalu mendapatkan lailat al qodr pada sepanjang sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

Tanda-tanda terjadinya Lailat al qodr
Seperti diriwayatkan Oleh Imam Muslim, Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: "Pada saat terjadinya lailat al qodr itu, malam terasa jernih, terang, tenang, cuaca sejuk tidak terasa panas tidak juga dingin. Dan pada pagi harinya matahari terbit dengan jernih terang benderang tanpa tertutup sesuatu awan".
Apa yang perlu dilakukan pada lailat al qodr dan agar dapat menggapai lailat al qodr:
1. Lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan semua bentuk ibadah pada hari-hari Ramadhan, menjauhkan diri dari semua hal yang dapat mengurangi keseriusan beribadah pada hari-hari itu. Dalam peribadatan ini juga dengan mengikutsertakan keluarga. Hal itulah yang dahulu dicontohkan Rasulullah SAW.
2. Melakukan i'tikaf dengan berupaya sekuat tenaga. Itulah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
3. Melakukan qiyamu al lail berjama'ah, sampai dengan rekaat terakhir yang dilakukan imam, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dzar ra.
4. Memperbanyak do'a memohon ampunan dan keselamatan kepada Allah dengan lafal : "Allahumma innaka 'afuwun tuhibul afwa fa'fu 'anni".
Hal inilah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada Aisyah ra ketika beliau bertanya : "Wahai Rasulullah, bila aku ketahui kedatangan lailat al qodr, apa yang mesti aku ucapkan?" (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Tirmidzi).

Menggapai "Lailat al qodr" bagi Muslimah
Sebagaimana tersirat dari dialog Rasulullah SAW dengan Aisyah, istri beliau itu, maka mudah disimpulkan bahwa kaum muslimah-pun disyari'atkan dan diperbolehkan menggapai lailat al qodr . Dengan melakukan maksimalisasi ibadah yang memang diperbolehkan untuk dilakukan seorang muslimah.

Demikian panduan ringkas ini, mudah-mudahan pada bulan Ramadhan tahun ini Allah memperkenankan kita meraih "Lailat al qodr", malam yang utama dari 1000 bulan alias 83 tahun itu.

Marhaban ya Ramadhan

Marhaban ya Ramadhan (selamat datang Ramadhan), mengandung arti bahwa kita menyambut Ramadhan dengan lapang dada, penuh kegembiraan, tidak dengan keluhan. Rasulullah sendiri senantiasa menyambut gembira setiap datangnya Ramadhan. Dan berita gembira itu disampaikan pula kepada para sahabatnya seraya bersabda: "Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkatan. Allah telah memfardhukan atas kamu puasanya. Di dalam bulan Ramadhan dibuka segala pintu surga dan dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu seluruh setan. Padanya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebaikan malam itu maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebajikan." (HR. Ahmad).

Marhaban Ramadhan, kita ucapkan untuk bulan suci itu, karena kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuh guna melanjutkan perjalanan menuju Allah SWT. Kerinduan itu terekspresi dalam doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Anas bin Malik berkata: Rasulullah SAW jika sudah masuk bulan Rajab senantiasa berdo’a: “Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan.” (HR At-Tirmidzi dan Ad-Darimi).

Kerinduan akan datangnya bulan Ramadhan inilah yang juga dirasakan oleh salafu shalih. Karena begitu banyaknya kebaikan yang diberikan oleh Allah di bulan Ramadhan. Tentu saja tidak cukup hanya dengan perasaan gembira saja dalam menyambut Ramadhan. Hal-hal lain yang perlu kita perhatikan adalah :

1. Menyiapkan diri dengan baik, persiapan hati, persiapan akal dan fisik. Persiapan hati dengan memperbanyak ibadah, seperti memperbanyak tilawah Al-Qur’an saum sunnah, dzikir, do’a, dll. Persiapan akal dengan mendalami ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Dan persiapan fisik dengan menjaga kesehatan, kebersihan rumah dan lingkungan. Dan menyiapkan harta yang halal untuk bekal ibadah Ramadhan.

2. Merencanakan aktifitas di bulan Ramadhan nanti. Seperti tilawah, hafalan, pemahaman dan pengamalan Al-Qur’an karena Ramadhan sebagai Syahrul Qur’an.

3. Mengutamakan ukhuwah Islamiyah dan persatuan umat Islam dalam penentuan awal dan akhir Ramadhan. Jangan sampai perbedaan penentuan awal dan akhir Ramadhan menimbulkan perpecahan ummat.

4. Menghindari pola hidup konsumtif dan berlebihan. Di bulan Ramadhan biasanya tempat-tempat belanja memberikan banyak potongan harga sehingga ramai dikunjungi. Seyogyianya kita tidak terpancing dengan keadaan ini, belanjakan uang sesuai kebutuhan, tidak berlebihan karena masih banyak orang yang membutuhkan. Bagi orang-orang yang beriman seharusnya masjid menjadi tempat favorit untuk dikunjungi dengan memperbanyak ibadah di dalamnya.

5. Melaksanakan ibadah puasa (shaum) dengan ikhlas dan memperhatikan segala adab serta sunnah-sunnahnya. Menghiasi Ramadhan dengan shalat tarawih, tilawah Al-Qur'an, memperbanyak dzikir dan do’a, membayar zakat, infak dan melakukan pada sepuluh hari terakhir (asyrul awakhir).

6. Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrul Jihad. Jihad adalah puncak ajaran Islam, dan rahasia kejayaan umat Islam. Oleh karenannya bulan Ramadhan adalah momentum yang sangat tepat untuk menumbuhkan ruhul jihad dalam tubuh umat Islam. Parang Badar Al-Kubra, Fathu Makkah, Pembebasan Palestina oleh Shalahuddin Al-Ayyubi, Perang Ain Jalut yang dapat menaklukkan tentara mongol, Penaklukkan Andalusia oleh pahlawan Tariq bin Ziyaad, dan bahkan Kemerdekaan Indonesia, semuanya terjadi pada bulan Ramadhan.

7. Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrut Taubah (Bulan Taubat), dengan memperbanyak istighfar dan taubah kepada Allah SWT.

8. Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah dan Syahrud Da’wah (Bulan Pendidikan dan Da’wah). Di antara ciri khas bulan Ramadhan adalah timbulnya suasana ke-Islaman di semua tempat dan media. Umat Islam mempunyai kesempatan lebih banyak untuk beribadah dalam suasana yang sangat kondusif.

Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita menjemput Ramadhan dengan persiapan optimal dan mendapatkan keutamaan-keutamaannya., aamiin.

Categories

2012 (1) adab (6) akhwat (6) al qur'an (7) Al-Ghazali (2) alqur'an (3) amal-amal mulia (1) astronomi (2) bercanda (2) bermuda (1) binteng (1) cahaya (3) cantik (5) cinta (3) claudius (1) cosmis (1) dewasa (2) diponegoro (1) fachchar (1) film (1) fisika (4) formosa (1) hati (3) hidup (2) hijab (1) hukum (1) iblis (1) ilmu (2) jawa (1) jilbab (3) jin (1) kecepatan (1) kesehatan (3) ketua (1) kiamat (2) kristologi (2) lailatul qadar (1) liberalisme (3) Madinah (2) makkah (1) manfaat puasa (1) manusia (4) maulud (1) merokok (1) MUI (2) muslim (4) muslimah (6) nabi (3) nasa (1) newton (1) nikah (2) nikmat (1) pacaran (6) pahlawan (1) pengetahuan (13) perempuan (3) planet (1) proteinasi (1) ramadhan (1) RIMA (1) Rosulullah (5) sabar (5) sahur (1) sambutan (1) sejarah (8) sekolah (4) sepakbola (1) sholat (3) suku maya (1) sumur setan (1) syukur (2) tafsir (1) tahun baru (1) Thien (1) valentine (2) waktu (2) wanita (7) zina (5) फित्नाह (1)