RSS

Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)

STRUKTUR ORGANISASI RIMA 2009 - 2012




Pelindung


Bp. Didik Indratmoyo

Penasehat


Bp. H. Rusyadi

Pembina


  1. Bp. Hadi Soimun
  2. Bp. Drs. H. Zazinto
  3. M. Ridwan


Ketua


Afief Kurnia Rachman

Wakil ketua


Fissilmi Gunawati

Sekretaris


  1. Risa Puji Astuti
  2. Henny Issnawaty
  3. M. Fatkhur Rizki


Bendahara


  1. Anita Kristiana
  2. Onny Setyaningsih
  3. Hartono


SEKSI-SEKSI



Dakwah dan PHBI


  1. Dani Setiawan
  2. Alim Wisnu Kurniawan
  3. Romdhoni
  4. Muntoha


Perlengkapan dan Perawatan


  1. Syaiful Mufid
  2. M. Amar Ma’ruf Fauzi
  3. Elvin
  4. Mellisa


Kolektor Listrik


Heri Krismanto

Kesenian dan Mading


  1. Candra Tri Yulianto
  2. Monik Setyorini
  3. Nur Izzati
  4. Maya Aprilia


Sosial


  1. Okki Sulistiawan
  2. Nasta’in
  3. M. Setya Roji’in
  4. Fuad Adhi Sasmito


Kebersihan


  1. Erlin
  2. Dewi Lestariyah
  3. Firawati
  4. Farida


Olahraga


  1. Galuh Adi Prakoso
  2. Syukron Ma’mun
  3. Hima Adhitama
  4. Hariyadi


Humas


  1. Jarwadi
  2. Didik Cahyadi
  3. Hendi Probo Jati


Keamanan


  1. Winarno
  2. As’ari
  3. Mahbub
  4. Mahmud


Monday, February 21, 2011

PACARAN, Upaya Mencari Jodoh Ideal?

Pacaran, setiap kali kita mendengarnya akan terlintas dibenak kita sepasang anak manusia yang tengah dimabuk cinta dan dilanda asmara, saling mengungkapkan rasa sayang serta rindu, untuk akhirnya memasuki sebuah biduk pernikahan. Lalu kenapa harus dipermasalahkan? Bukankah cinta itu fitrah setiap anak adam? Bukankah orang membutuhkan tahap penjajakan sebelum pernikahan? Karena bagaimanapun juga, kegagalan saat pacaran lebih ringan daripada kegagalan setelah menikah. Marilah kira cermati masalah ini. Semoga Allah mencurahkan cahaya kebenaran-Nya kepada kita semua.

Cinta, Fitrah Anak Manusia
Manusia diciptakan oleh Allah ta'ala dengan membawa fitrah (insting) untuk mencintai lawan jenisnya. sebagaimana firman-Nya : "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS. Ali-Imran : 14).
Berkata Imam Qurthubi: "Allah ta'ala memulai dengan wanita karena kebanyakan manusia menginginkannya, juga karena mereka merupakan jerat-jerat syetan yang menjadi fitnah bagi kaum laki-laki, sebagaimana sabda Rasulullah SAW : "Tiadalah aku tinggalkan setelahku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita." (HR. Bukhari : 5696, Muslim : 2740, Tirmidzi : 2780, Ibnu Majah : 3998).
Oleh karena itu, wanita adalah fitnah terbesar dibanding yang lainnya. (Tafsir Qurthubi 2/20). Rasulullah SAW pun, sebagai manusia tak luput dari rasa cinta terhadap wanita. Dari Annas bin Malik ra. berkata : Rasulullah SAW bersabda: "Disenangkan kepadaku dari urusan dunia wewangian dan wanita". (HR. Ahmad 3/285, Nasa'i 7/61, Baihaqi 7/78 dan Abu Ya'la 6/199 dengan sanad hasan. Lihat Al-Misykah: 5261).
Karena cinta merupakan fitrah manusia, maka Allah ta'ala menjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan nikmat yang dijanjikan bagi orang-orang beriman di surga dengan bidadarinya.
Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita yang sholihah". (HR. Muslim 10/56, Nasa'i 6/69, Ibnu Majah 1/571, Ahmad 2/168, Baihaqi 7/80).
Allah berfirman : "Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik". (QS. Ar-Rahman: 70).
Namun, Islam sebagai agama paripurna para Rasul, tidak membiarkan fitnah itu mengembara tanpa batas, Islam telah mengatur dengan tegas bagaimana menyalurkan cinta, juga bagaimana batas pergaulan antara dua insan lawan jenis sebelum nikah, agar semuanya tetap berada dalam koridor etika dan norma yang sesuai dengan syari'at.

Etika Pergaulan Lawan Jenis Dalam Islam
1. Menundukan pandangan terhadap lawan jenis
Allah memerintahkan kaum laki-laki untuk menundukan pandangannya, sebagaimana firman-Nya : Katakanlah kepada laki-laki yang beriman : "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya". (QS. An-Nur : 30).
Sebagaimana hal ini juga diperintahkan kepada wanita beriman, Allah berfirman : Dan katakanlah kepada wanita yang beriman : "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya." (QS. An-Nur : 31).
2. Menutup aurat
Allah berfirman : "Dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya". (QS. An-Nur : 31).
Juga firnan-Nya : Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu'min : "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab : 59).
Perintah menutup aurat juga berlaku bagi semua jenis, sebagaimana sebuah hadits : Dari Abu Sa'id Al-Khudri ra. berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Janganlah seorang laki-laki memandang aurat laki-laki, begitu juga wanita jangan melihat aurat wanita". (HR. Muslim 1/641, Abu Dawud 4018, Tirmidzi 2793, Ibnu Majah 661).
3. Adanya pembatas antara laki-laki dengan wanita
Kalau ada sebuah keperluan terhadap lawan jenis, harus disampaikan dari balik tabir pembatas. Sebagaimana firman-Nya : "Dan apabila kalian meminta sesuatu kepada mereka (para wanita) maka mintalah dari balik hijab". (QS. Al-Ahzab : 53)
4. Tidak berdua-duaan dengan lawan jenis
Dari Ibnu Abbas ra. berkata : saya mendengar Rasulullah SAW bersabda ; "Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (Khalwat) dengan wanita kecuali bersama mahramnya". (HR. Bukhari 9/330, Muslim 1341).
Dari Jabir bin Samurah berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Janganlah salah seorang dari kalian berdua-duaan dengan seorang wanita, karena syetan akan menjadi yang ketiganya". (HR. Ahmad 1/18, Tirmidzi 3/374 dengan sanad Shahih, lihat Takhrij Misykah 3188).
5. Tidak mendayukan ucapan
Seorang wanita dilarang mendayukan ucapan saat berbicara kepada selain suami. Firman Allah : "Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik". (QS. Al-Ahzab : 32).
Berkata Imam Ibnu Katsir : "Ini adalah beberapa etika yang diperintahkan oleh Allah kepada para istri Rasulullah saw serta para wanita mu'minah lainnya, yaitu hendaklah dia kalau berbicara dengan orang lain tanpa suara merdu, dalam artian janganlah seorang wanita berbicara dengan orang lain sebagimana dia berbicara dengan suaminya". (Tafsir Ibnu Katsir 3/530).
6. Tidak menyentuh lawan jenis
Dari Ma'qil bin Yasar ra berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi itu masih lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya". (HR. Thabrani dalam Mu'jam Kabir 20/174/386 dan Rauyani dalam musnadnya 1283 dengan sanad hasan, lihat Ash-Shohihah 1/447/226).
Berkata Syaikh Al-Albani rahimahullah: "Dalam hadits ini terdapat ancaman keras terhadap orang-orang yang menyentuh wanita yang tidak halal baginya". (Ash-Shohihah 1/448).
Rasulullah SAW tidak pernah menyentuh wanita meskipun dalam saat-saat penting seperti membai'at dan lain-lain.
Dari 'Aisyah berkata : "Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat". (HR. Bukhari 4891).
Inilah sebagian etika pergaulan laki-laki dengan wanita selain mahram, yang mana apabila seseorang melanggar semuanya atau sebagiannya saja akan menjadi dosa zina baginya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW : Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah menetapkan untuk anak adam bagiannya dari zina, yang pasti akan mengenainya. zina mata dengan memandang, zina lisan dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan serta berangan-angan, lalu farji yang akan membenarkan atau mendustakan semuanya". (HR. Bukhari 4/170, Muslim 8.52, Abu Dawud 2152).
Padahal Allah ta'ala telah melarang perbuatan zina dan segala sesuatu yang bisa mendekati perzinaan (Lihat Hirosatul Fadhilah oleh Syaikh Bakr Abu Zaid, Hal 94-98) sebagaimana firmanNya : "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk". (QS. Al-Isra' : 32).

Hukum Pacaran
Setelah memperhatikan ayat dan hadits di atas, maka tidak diragukan lagi bahwa pacaran itu haram, karena beberapa sebab berikut :
1. Orang yang sedang pacaran tidak mungkin menundukan pandangannya terhadap kekasihnya.
2. Orang yang sedang pacaran tidak akan bisa menjaga hijab.
3. Orang yang sedang pacaran biasanya sering berdua-duaan dengan kekasihnya, baik didalam rumah atau di luar rumah.
4. Wanita akan bersikap manja dan mendayukan suaranya saat bersama kekasihnya.
5. Pacaran identik dengan saling menyentuh antara laki-laki dengan wanita, meskipun itu hanya jabat tangan.
6. Orang yang sedang pacaran, bisa dipastikan selalu membayangkan orang yang dicintainya.
Dalam kamus pacaran, hal-hal tersebut adalah lumrah dilakukan, padahal satu hal saja cukup untuk mengharamkan pacaran, lalu bagaimana kalau semuanya?.

Fatwa Ulama' seputar Pacaran
Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin ditanya tentang hubungan cinta sebelum nikah (pacaran)? Jawab beliau : Jika hubungan itu sebelum akad nikah, baik sudah lamaran ataupun belum, maka hukumnya haram, karena tidak boleh seseorang untuk bersenang-senang dengan wanita asing (bukan mahramnya) baik lewat ucapan, memandang, ataupun berdua-duaan. Sebagaimana telah tsabit dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda : "Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang wanita kecuali bersama mahramnya, dan janganlah seorang wanita bepergian kecuali bersama mahramnya". (Fatwa Islamiyah kumpulan Muhammad Al-Musnid 3/80).
Syaikh Abdullah bin Abdur Rahman Al-Jibrin ditanya : "Kalau ada seorang laki-laki yang berkorespondensi dengan seorang wanita yang bukan mahramnya, yang pada akhirnya mereka saling mencintai, apakah perbuatan itu haram?" Jawab beliau : Perbuatan itu tidak diperbolehkan, karena bisa menimbulkan syahwat diantara keduanya, serta mendorongnya untuk bertemu dan berhubungan, yang mana korespondensi semacam itu banyak menimbulkan fitnah dan menanamkan dalam hati seseorang untuk mencintai perzinaan yang akan bisa menjerumuskan seseorang pada perbuatan keji, maka saya menasehatkan kepada setiap orang yang menginginkan kebaikan bagi dirinya untuk menghindari surat-suratan, pembicaraan lewat telepon serta perbuatan semacamnya demi menjaga agama dan kehormatannya.
Syaikh Jibrin juga ditanya : "Apa hukumnya kalau ada seorang pemuda yang belum menikah menelepon gadis yang belum menikah?" Jawab beliau : Tidak boleh berbicara dengan wanita asing (bukan mahramnya) dengan pembicaraan yang bisa menimbulkan syahwat, seperti rayuan, mendayukan suara baik lewat telepon maupun lainnya. Sebagaimana firman Allah ta'ala : "Dan janganlah kalian melembutkan suara, sehingga akan berkeinginan orang-orang yang hatinya terdapat penyakit". (QS. Al-Ahzab : 32). Adapun kalau pembicaraan itu untuk sebuah keperluan, maka hal itu tidak mengapa apabila selamat dari fitnah, akan tetapi hanya sekedar keperluan. (Fatawa Islamiyah 3/97).

Syubhat dan Jawabannya
Sebenarnya, keharaman pacaran lebih jelas dari pada matahari di siang bolong. Namun begitu masih ada yang berusaha menolaknya walaupun dengan dalil yang sangat rapuh, serapuh rumah laba-laba, diantara syubhat itu adalah :
Tidak bisa dipukul rata bahwa pacaran itu haram, karena bisa saja orang pacaran yang Islami, tanpa melanggar syariat.
Jawab : Istilah "Pacaran Islami" itu cuma ada dalam khayalan, dan tidak pernah ada wujudnya. Karena anggaplah bisa menghindari khalwat, menyentuh serta menutup aurat. tapi tetap tidak akan bisa menghindari dari saling memandang. Atau paling tidak membayangkan dan memikirkan kekasihnya. Yang mana hal itu sudah cukup mengharamkan pacaran.
Orang sebelum memasuki dunia pernikahan, butuh untuk mengenal dahulu calon pasangan hidupnya, baik sisi fisik maupun karakter, yang mana hal itu tidak akan bisa dilakukan tanpa pacaran, karena bagaimanapun juga kegagalan sebelum menikah akan jauh lebih ringan daripada kalau terjadi setelah nikah.
Jawab : Memang, mengenal fisik dan karakter calon istri maupun suami merupakan suatu hal yang dibutuhkan orang sebelum memasuki biduk pernikahan, agar tidak ada penyesalan di kemudian hari, juga tidak terkesan membeli kucing dalam karung. Namun, tujuan ini tidak bisa menghalalkan sesuatu yang haram.
Ditambah lagi, bahwa orang yang sedang jatuh cinta akan berusaha menanyakan segala yang baik dengan menutupi kekurangannya dihadapan kekasihnya. Juga orang yang sedang jatuh cinta akan menjadi buta dan tuli terhadap perbuatan kekasihnya, sehingga akan melihat semua yang dilakukannya adalah kebaikan tanpa cacat.

Menyucikan Hati Yang Berkarat

Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya hati bisa berkarat dan untuk menyucikannya adalah dengan membaca Al-Qur'an, mengingat kematian, dan menghadiri majelis-majelis zikir.”

Hati dapat berkarat. Untuk mencegahnya adalah dengan cara sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah SAW. Jika tidak, hati dapat berubah menjadi hitam karena jauh dari cahaya-Nya; menjadi hitam karena kecintaan terhadap dunia dan berkutat padanya tanpa disertai sikap wara’. Sebab, barangsiapa yang di dalam hatinya ada kecintaan pada dunia, akan hilanglah sikap wara’-nya, sehingga dia akan menyatukan antara perkara yang halal dengan yang haram. Pada saat itu, dia tidak bisa lagi memilih dan memilah, serta hilanglah rasa malu pada Allah Azza wa Jalla, dan pengawasan- Nya.

Wahai kaum Muslim, terimalah nasihat dari Nabi dan sucikanlah hati kalian yang berkarat dengan obat yang telah disebutkan untukmu. Seandainya salah seorang di antara kalian sakit dan dokter merekomendasikan sejumlah obat untuknya, maka obat-obat itu tidak akan memberikan kehidupan kepadanya hingga dia mau memanfaatkan obat tersebut. Hendaklah kalian merasa diawasi oleh Allah, baik di dalam kesendirian (khalwat) ataupun di tengah keramaian. Hendaklah engkau menjadikan matamu seolah-olah melihat- Nya. Apabila tidak mampu melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu. Barangsiapa yang mengingat Allah Azza wa Jalla dengan hatinya, maka dia benar-benar telah mengingat-Nya. Sebaliknya, barangsiapa yang tidak mengingat-Nya dengan hatinya, berarti dia tidak benar-benar mengingat-Nya. Sebab, lisan adalah anak kandung hati. Lisan mengikuti hati. Hendaklah kalian membiasakan diri untuk mendengar berbagai nasehat. Sebab, bila hati kosong dari berbagai nasehat, ia akan buta. Haikat tobat adalah mengagungkan perintah Allah Azza wa Jalla dalam seluruh keadaan.

Oleh karena itu, ada ulama yang mengatakan, “Kebajikan terdapat pada dua kalimat ini : (1). Mengagungkan perintah Allah Azza wa Jalla dan (2) Bersikap welas-asih terhadap makhluk-Nya. Setiap orang yang tidak mengagungkan perintah Allah Azza wa Jalla dan tidak bersikap welas-asih terhadap makhluk-Nya, maka dia jauh sekali dari Allah.

Allah Azza wa Jalla mewahyukan kepada Nabi Musa a.s., “Bersikap welas-asihlah, hingga Aku bersikap welas-asih kepadamu. Sesungguhnya Aku Maha Pengasih. Barangsiapa yang bersikap welas-asih, Aku akan mengasihi dan memasukkannya ke dalam surga. Karena itu, alangkah bahagia orang-orang yang senantiasa bersikap welas-asih.”

Mereka makan dan kita makan. Mereka minum, kita minum. Mereka berpakaian, kita berpakaian. Mereka berkumpul, kita berkumpul.

Barangsiapa menghendaki kebahagiaan, bersabarlah dari perkara- perkara yang haram, hal-hal yang syubhat, dan berbagai keinginan syahwat. Dia juga mesti bersabar dalam menunaikan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya serta dalam menjalani takdir-Nya. Kaum muslim senantiasa bersama Allah dan hanya bersabar kepada-Nya. Mereka bersabar agar bisa selalu bersama-Nya. Mereka berusaha agar timbul kedekatan diri kepada-Nya. Mereka keluar dari rumah diri, nafsu, dan tabiatnya. Mereka tidak pernah lepas dari syariat Allah. Mereka berjalan menuju Allah SWT. Lalu berbagai macam bencana, musibah, kelaparan, kehausan, ketelanjangan, kehinaan, dan ujian, datang kepadanya. Tetapi mereka tidak goncang menghadapi semua itu; tidak juga mereka kembali dari perjalanannya; tidak juga mereka berubah dari perkara-perkara yang menguasainya. Mereka senantiasa seperti itu hingga terwujud dalam diri mereka keabadian hati dan tujuannya.

Hendaklah kaum Muslim beramal untuk bekal pertemuan dengan Allah Azza wa Jalla dan merasa malu sebelum berjumpa dengan-Nya. Rasa malu orang Mukmin itu kepada Allah dan kemudian kepada makhluk-Nya. Kecuali pada perkara-perkara yang dikembalikan pada agama dan di luar batas-batas syariat, maka rasa malu dalam hal demikian tidak boleh, apalagi bersikap kurang ajar pada agama Allah. Akan tetapi, dia mesti menegakkan batas-batas syariat dan menjalani perintah-Nya.

Barangsiapa yang benar-benar mengikuti Rasulullah SAW, maka dia akan memakai pelindung kepala dan perisainya serta memegang pedang dengan tangannya. Terlepas darinya siapa saja yang berlepas diri darinya. Kebahagiaan bersama-Nya demikian kuat. Dia bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla atas semua itu. Kemudian menjadikan dirinya sebagai peganti Rasulullah di kalangan umatnya, menjadi petunjuk dan penyeru mereka menuju pintu Allah Azza wa Jalla. Dia adalah seorang penyeru dan penunjuk jalan. Mereka senantiasa menunjukkan jalan kepada umat dan bersabar atas celaan mereka dengan tetap memberi mereka berbagai nasehat. Mereka tersenyum di hadapan orang-orang Munafik dan orang-orang fasik. Mereka membawa nya menuju pintu Allah Azza wa Jalla. Oleh karena itu, ada ulama yang berkata, “Tidak menertawakan wajah orang fasik kecuali seorang arif.”

Engkau menyangka bahwa dirimu tersembunyi dari para shiddiqin yang arif dan gemar beramal. Sampai kapan engkau menghabiskan usiamu pada sesuatu yang sia-sia? Sungguh Allah Mahabesar atasmu, wahai orang yang hatinya mati, wahai orang yang bersekutu dengan makhluk, wahai orang yang menyembah berhala. Sesungguhnya engkau terhijab dari Allah Azza wa Jalla. Setiap orang yang melihat bahwa kemudaratan maupun kemanfaatan datang bukan dari Allah, berarti dia tidak termasuk hamba Allah. Dia hanya hamba orang yang dia pandang. Orang yang demikian, sekarang berada dalam bara api, dan keterhijaban, besok ada dalam api neraka jahanam. Tidak ada orang selamat dari siksa api neraka Allah Azza wa Jalla kecuali orang-orang yang bertakwa, bertauhid, ikhlas, dan gemar bertobat.

Bertobatlah dengan hatimu, kemudian dengan lisanmu. Tobat hati ibarat negara. Negara akan mengubah diri, hawa nafsu, setan, dan kawan- kawannya yang buruk. Apabila engkau bertobat, akan berubalah pendengaran, pengelihatan, lisan, hati, dan seluruh anggota tubuhmu; makanan dan minumanmu menjadi bersih dari kotoran hal-hal yang haram dan syubhat; dirimu menjadi wara’ dalam hidup dan jual-beli.

Hendaklah engkau menjadikan seluruh harapanmu hanya kepada Maulamu; Allah Azza wa Jalla. Hilangkanlah adat-kebiasaan dan gantikan tempatnya untuk ibadah. Hilangkan kemaksiatan dan gantikan posisinya oleh ketaatan. Selanjutnya, hendaklah engkau benar-benar mewujudkan hakikat kebenaran syariat dan kesaksiaannya. Sebab, setiap hakikat yang tidak disaksikan oleh syariat adalah kezindikan. Apabila engkau telah meraih hakikat ini, akan datang kepada dirimu kefanaan (hilangnya) akhlak yang tercela dari pandangan seluruh makhluk. Pada saat itu, lahiriahmu terpelihara, sementara batiniahmu disibukkan dengan Allah Azza wa Jalla. Dengan demikian, sempurnalah keadaanmu. Kemudian, seandainya datang ke hadapannmu dunia dengan seluruh makhluk—baik dari kalangan orang yang terdahulu maupun yang datang kemudian—mengikutimu, hal demikian tidak akan menimbulkan kemudaratan dan tidak akan mengubah posisimu di hadapan pintu Allah Azza wa Jalla. Sebab, engkau telah tegak bersama-Nya, serta memandang keagungan dan keindahan-Nya. Apabila engkau memandang keagungan-Nya, engkau berpisah. Apabila memandang keindahan-Nya engkau menyatu. Engkau takut ketika memandang Zat Yang Mahaagung dan berharap tatkala memandang Zat Yang Mahaindah. Engkau menjadi fana pada saat memandang Zat Yang Mahaagung dan teguh ketika memandang Zat Yang Mahaindah. Karena itu, berbahagialah orang yang dapat merasakan ‘makanan’ ini. (Syaikh ‘Abdul Qadir Jailani)

Siksaan Cinta Untuk yang Dimabuk Cinta

Setiap pemuda atau pemudi akan muncul sebentuk perasaaan untuk mencintai dan ingin dicintai oleh lawan jenisnya. Sebuah naluri… Dalam pencarian cinta timbul berbagai gejolak, ada perasaan rindu, gelisah dan bahagia. Saat ini mungkin ada di antara saudaraku yang tengah galau dilanda cinta. Hati berdebar, tak dapat belajar dengan baik, selalu teringat pada sang kekasih.Cinta menurut sebahagian orang adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya dengan penuh gairah, lembut dan kasih sayang.

Setiap pemuda atau pemudi akan muncul sebentuk perasaaan untuk mencintai dan ingin dicintai oleh lawan jenisnya. Sebuah naluri… Dalam pencarian cinta timbul berbagai gejolak, ada perasaan rindu, gelisah dan bahagia. Saat ini mungkin ada di antara saudaraku yang tengah galau dilanda cinta. Hati berdebar, tak dapat belajar dengan baik, selalu teringat pada sang kekasih. Bila ia ada di sisimu engkau menangis karena takut berpisah dan bila ia berada jauh darimu engkau menangis karena rindu… Hati sengsara, meskipun cinta itu manis rasanya…

Hari demi hari engkau sibukkan pikiranmu tentangnya. Bagaimana bila ia marah? Bagaimana bila kehilangan dirinya? Semua pikiran itu…, sungguh-sungguh menyesakkan dadamu, terlebih bila kerinduanmu memuncak. Atau bahkan engkau sibuk mencari perhatiannya, menelfonnya setiap hari dan mau melakukan apa saja untuknya asalkan ia selalu bersamamu.

Kisah Seorang Muslimah
Tapi wahai saudaraku, tahukah engkau, itukah arti cinta bagimu? Mari kita dengar bersama. Seorang muslimah pernah bercerita bagaimana ia dahulu telah terperangkap dalam cinta yang tak tentu dan tak pasti. Ia mencari-cari cinta dan entah mengapa ia merasa terlindungi dengan seorang laki-laki di sisinya sehingga ada yang melindunginya, memperhatikannya dan menyayanginya. Ia menyukai dan berupaya agar sang pujaan hati menjadi miliknya. Namun, apa yang terjadi setelah ia mendapatkan hati sang kekasih? Entah dari mana datangnya (pastilah hidayah AllahSubhanahu wa Ta’ala) , ia merasakan takut bila kematian menjemputnya.., maka apa yang akan ia katakan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sedang setiap hari melakukan dosa. Terlebih ia pernah mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Perlahan-lahan dalam segala hal adalah baik kecuali dalam amalan untuk akhirat.”

Ia pernah berfikir untuk bertaubat di kemudian hari saja. Namun ia berfikir pula, bagaimana bila kematian itu datang kepadanya dengan tiba-tiba… Terjadi gejolak dalam hatinya antara yang haq dan yang batil… Yang manakah yang akan dimenangkannya?
“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya)… Dan adapun orang-orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (QS.An Nazi’at : 37- 41)

Alhamdulillah, ia memilih jalan Illahi, mengenakan jilbab, dan memutuskan hubungan dengan pria itu. Memutuskan dengan apa yang disebut “pacaran”. Membuang jauh cinta nafsu yang tiada gunanya, yang hanya membuang-buang waktu. Yang ia inginkan hanyalah hubungan halal, pernikahan. Pernikahan dengan pria yang shaleh. Kini ia mencari perlindungan hanya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Cukuplah Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai sebaik-baik pelindung…

Cintai Penciptamu
Allah Subhanahu wa Ta’ala, lupakah engkau akan Dia? Coba engkau fikirkan.. Sesungguhnya hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mencintaimu. Bagaimana tidak? Sedang Ia yang menciptakanmu, Ia yang memberimu makan setiap hari dan hanya Ia yang mengertimu melebihi dirimu sendiri. Bila engkau menyangka bahwa manusialah yang menyayangimu, engkau salah besar saudaraku. Siapakah yang menciptakan manusia-manusia itu? Allah Subhanahu wa Ta’ala. Siapakah yang menumbuhkan rasa sayang di dada manusia-manusia itu hingga sampai kepadamu? Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadi, siapakah yang yang benar-benar mencintaimu? Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lalu kepada siapakah sepatutnya, selayaknya dan seharusnya engkau serahkan cintamu? Kejam sekali bila engkau menjawab akan memberikan cintamu kepada selain Dia. Apakah engkau hendak membuat tandingan dalam mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala?

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, maka mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya,dan bahwa Allah amat berat siksaanNya (niscaya mereka menyesal).“ (QS. Al Baqarah : 165)

Yang paling mengherankan adalah bila engkau beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala namun engkau tidak mencintai-Nya, engkau membutuhkan-Nya namun engkau berpaling dari-Nya. Wahai saudaraku kaum muslimin… Sadarkah engkau…, bagaimanapun durhakanya dirimu, Allah Subhanahu wa Ta’ala tetap memberikan rahmat-Nya padamu. Ia sungguh Maha Pemurah Maha Penyayang dan Maha Penerima Taubat. Selangkah kau pada-Nya seribu langkah Ia padamu. “Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah hendaklah ia mengamati bagaimana kedudukan Allah dalam dirinya. Sesungguhnya Allah menempatkan hamba-Nya dalam kedudukan sebagaimana dia menempatkan kedudukan Allah pada dirinya. “
( HR. Al Hakim)

Tingkat Cinta
Ada 3 macam cinta di dalam hidup ini :
1. Cinta tertinggi adalah cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam
2. Cinta tengah adalah cinta kepada orang tua, saudara, suami/isteri, kerabat karena Allah Subhanahu wa Ta’ala
3. Cinta terendah adalah cinta yang menomorduakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.

Tanda-Tanda Cinta
Saudaraku kaum muslimin, ulama Ibnu Qayim Al Jauziah mendefinisikan seseorang dikatakan sedang dilanda cinta bila telah ada tanda-tanda :

1. Menghujamkan pandangan mata
Dapatlah kita ketahui orang yang dimabuk cinta akan selalu memandang kepada yang dicinta.

2. Malu-malu bila yang dicinta memandangnya
Itulah salah satu sebab mengapa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam melarang shalat dengan menengadah ke atas , namun haruslah menunduk ke bawah sebagai adab menghadap Yang Maha Tinggi. Bahkan rajapun akan marah bila pengikutnya berani menatap wajahnya dan tidak menunduk ke bawah sebagai tanda hormat dan segan.

3. Banyak mengingat dan membicarakan dan menyebut namanya
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh) maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.“ (QS. Al Anfal : 45)

4. Tunduk pada perintah yang dicinta dan mendahulukannya daripada kepentingan sendiri.
“Katakanlah : “ Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran :31)

5. Memperhatikan perkataan yang dicinta dan mendengarkannya
“ Bacalah Al Qur’an kepadaku.”
“Adakah saya membacakannya kepada engkau, padahal ia diturunkan kepada engkau? “
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab, “Aku suka diriku mendengarkannya dari orang lain.“
Maka saya membacakan sejak permulaan hingga ayat :
“Maka bagaimanakah (keadaan orang-orang kafir nanti) apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dati tiap-tiap ummat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai ummatmu).“ (QS. An Nisaa: 41). Beliau bersabda,” Cukup sampai di situ.” Maka saya mengangkat kepala memandang beliau, yang ternyata beliau meneteskan air mata. (HR. Bukhari & Muslim)

6. Mencintai rumah dan tempat kekasih
Ribuan kaum muslimin setiap tahunnya mendatangi Ka’bah. Mereka meninggalkan negeri mereka menuju Mekkah demi memenuhi panggilan Allah Subhanahu wa Ta’ala. (QS. 2:26-27)

7. Mencintai apapun yang dicintai kekasih
Anas bin Malik menyenangi labu, karena dia melihat Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam selalu memandang ke arah hidangan labu di atas mangkuk.

8. Berkurban untuk mendapatkan keridhaan yang dicinta
“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mu’min dan dari diri mereka sendiri.“ (QS.Al Ahzab : 6)

Cinta Sejati
Mengapakah saudaraku kaum muslimin seringkali kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya bila ditimpa kesusahan saja, sedang dikala senang engkau tertawa sepuasnya hingga lupa akan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu bersama hamba-hambaNya dikala suka dan duka… Sadarkah kau, Allah Subhanahu wa Ta’alaitu kekal, sedangkan makhluk-Nya dapat binasa. Bagaimana mungkin engkau mengharapkan cinta manusia yang tak kekal, terlebih mencintai manusia yang dia sendiripun tak tahu sampai kapan akan memberikan cintanya kepadamu… Yang demikian itu akan membuatmu terombang-ambing pada cinta yang tak jelas adanya, menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan dalam hatimu. Sampai kapankah engkau akan terus dalam keadaan seperti ini? Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
“Paling kuat tali hubungan keimanan ialah cinta karena Allah dan benci karena Allah.“ (HR.Athabrani)

Engkau akan sangat rugi bila memperturutkan cinta nafsumu. Cinta nafsu itu akan hilang seiring dengan waktu, sedang cinta Allah Subhanahu wa Ta’alaitu kekal. Sejak engkau berupa setetes mani hingga kelak engkau di surga atau neraka, Allah Subhanahu wa Ta’ala-lah yang selalu bersamamu. Orang tua hanya menemanimu sejak engkau lahir hingga kematianmu. Demikian pula kekasih, hanya bersamamu dalam beberapa masa.

Saudaraku, dalam satu hati tidak mungkin ada dua cinta, salah satunya harus kau keluarkan dari hatimu. Ingatlah, barangsiapa mencintai selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka ia akan disiksa denga cinta kepada selain-Nya itu. Bila engkau rasakan gelisah setiap hari karena si dia, hati berdebar tak tenteram, kerinduan yang menyesakkan dada, maka berhati-hatilah karena bisa jadi siksa Allah Subhanahu wa Ta’ala itu, telah diturunkan atasmu. Pada hatimu. (AW)

Kala Cinta Meranggas Aqidah

Kesepian memang kadang menyakitkan, menoreh setiap senyum dan tawa, serta menciptakan riak anak sungai di sudut mata. Pedih dan sedih silih berganti kunjung mengunjungi. Pupus segala harap, melukai semua impian yang kadang memabukkan. Hingga, jiwa yang rapuh menciptakan serpihan kegelisahan yang memilukan.

Saat temaram rembulan menyuguhkan hidangan, terlintas sekelebat bayang. Disibaknya kegelapan, namun entah dimana ia berada. Kecewa, hingga guratan keresahan menyibukkan kelamnya malam. Kebisuan yang menusuk-nusuk, membuat kedukaan semakin berat, hingga menghujam akal dan aqidah. Air mata semakin deras tumpah, lelah, tubuh pun mencoba rebah. Namun jiwa ini lemah, mata air di telaga yang coba dibendungnya kembali menerobos kelopak mata, ke pipi, hingga membasahi sarung bantal dan kapuk di dalamnya.

Cinta...
Entah berapa banyak pahlawan yang tercipta karenanya, namun cinta juga kadang melahirkan para pecundang. Ia laksana kobaran api yang berasal dari setitik bara, menyuluh, namun dapat pula membakar. Impian cinta membuat hati dan raga terselimuti bahagia, hingga memompa harapan yang keluar masuk melalui butiran darah. Mengharapkan kekanda tercinta yang siap mendampingi saat tawa dan air mata, hingga terbentang siluet istimewanya seorang wanita yang telah menikah, mengandung, dan melahirkan si kecil dengan selimut kasih sayang.

Namun, impian berbeda dengan kenyataan. Sepi semakin menggerogoti hari, sendiri... dan masih sendiri. Duhai belahan hati, entah dimana kekanda bersembunyi.

Ukhti sholehah yang dicintai Allah Ta'ala...
Cinta dan impian membentuk sebuah keluarga memang begitu indah. Namun takkala ia belum menyapa, janganlah membuat gundah dan resah, bahkan merubah pandangan terhadap Sang Pemilik Cinta. Kegelisahan jangan pula membuatmu menggadaikan aqidah, karena sungguh harta itu tak ternilai harganya. Tak ada yang dapat membelinya, apalagi dengan basa-basi cinta yang
menyelubungi halleluyah.

Cinta yang membara tak akan dapat menghapus ketentuan Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman..." [Al Baqarah: 221].

Namun, ajaran junjungan Rasulullah Sallallaahu Alayhi Wasallam akan pupus, tidak dengan senjata tapi dengan kata-kata, tidak dengan kekuatan tapi dengan logika, dan tidak dalam benci tapi dalam cinta [Henry Martyn, missionaris, 1812 M].

Cinta akan membentuk sebuah keluarga samara (sakinah, mawaddah wa rahmah) karena kesamaan iman dan aqidah, dalam naungan ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jangan biarkan sedikitpun celah hatimu terbuka dengan cinta berselaput halleluyah, karena cinta seperti itu akan meranggas aqidah. Pernikahan dengan keyakinan yang berbeda, tak akan melahirkan ketenteraman jiwa, karena ia adalah zina.

Dapatkah engkau menjawab saat anakmu bertanya, mengapa ayah selalu pergi setiap hari Minggu, sedangkan dirimu ruku' dan sujud? Bisakah engkau menjelaskan saat anak laki-lakimu bertanya, mengapa ayah tidak pergi sholat Jum'at padahal dirimu berbicara panjang lebar tentang kewajiban menunaikannya? Atau, mengapa ayah tidak mengucapkan bismillah tapi atas nama Bapa, Putera dan Roh Kudus? Juga, mengapa Tuhannya ayah ada 3 sedangkan dirimu selalu mengucapkan ahad... ahad... ahad? Mampukah engkau menjelaskan semua itu dan banyak lagi
kepada buah hatimu?

Duhai ukhti, sanggupkah engkau menahan murkanya Allah Subhanahu wa Ta'ala?

Saat jiwamu lelah bertanya dimanakah gerangan kekanda berada, kembalilah kepada Sang Pemilik Rahasia, lantunkan munajat dan do'a, mohon tetapkan iman untuk selalu terhatur kepada-Nya. Jadikan hati ini selalu ikhlas serta rela atas setiap keputusan-Nya.

As'alukallahummar ridha ba'dal qadha, wa burdal 'iisyi ba'dal maut, wa ladzdzatan nazhori ila wajhika, wa syauqon ila liqaa'ika. Ya Allah, aku mohon kerelaan atas setiap keputusan-Mu,
kesejukan setelah kematian, dan kelezatan memandang wajah-Mu serta kerinduan berjumpa dengan-Mu.

Mohonkan juga kepada-Nya, agar Ia menguatkan niat dan azzam kepada lelaki yang belum menikah untuk segera menyempurnakan setengah agama, sehingga dirimu serta pasangan jiwa tercinta dapat bersama membangun sebuah istana kecil nan indah dalam naungan ridho-Nya.

Duhai ukhti sholehah...
Sabar... dan bertahanlah. Kalaulah Allah Subhanahu wa Ta'ala menakdirkan dirimu sebagai lajang di dunia ini, yakinlah di surga ada yang setia menanti. Kuatkan hati, tegar... dan selalu tegar, karena dirimu memiliki harta yang tak ternilai harganya, yaitu aqidah.

Wallahua'lam bi showab.

Wanita Tomboy

Di Zaman kita sekarang telah muncul sekelompok wanita yang menyimpang dari fitrah Allah, padahal Allah telah menciptakan manusia di atas fitrah itu. Mereka menunjukkan sifat yang tidak sesuai dengan tabiat kewanitaan mereka, padahal Allah telah menjadikan tabiat tersebut untuk membedakan dengan tabiat laki-laki. Mereka menyangka bahwa mereka bisa berubah menjadi laki-laki.

Akibatnya sekelompok wanita tersebut banyak menemui kesulitan dan kesempitan, mereka mengalami problem fisik dan psikis, menjadi wanita-wanita yang tersisihkan yang dibenci sekaligus menjadi pelampiasan kemarahan suami dan anak-anak mereka.

Disamping itu ada ancaman yang amat keras lagi bagi para wanita yang meyimpang dari fitrah dan kodrat kewanitaan mereka serta menyerupai laki-laki dalam hal berpakaian, penampilan, akhlak dan tindakan. Dalam sebuah hadits shahih dari ibnu Abbas Radhiallaahu anhu dia berkata: "Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang berpenampilan seperti laki-laki (HR. Al-Bukhari). Laknat artinya terusir dan dijauhkan dari rahmat Allah Hadits lain yang juga diterima dan Ibnu Abbas ra dia berkata: "Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam telah melaknat kaum laki-laki yang berpenampilan seperti wanita dan wanita yang berpenampilan laki-laki," (HR. Al-Bukhari) wanita yang berpe-nampilan seperti laki-laki artinya yang meniru-niru laki-laki dalam berpakaian dan penampilan. Adapun meniru dalam hal ilmu dan pemikiran maka hal itu terpuji.

Dari Salim Bin Abdullah dari bapaknya, dia berkata: "Telah bersabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam : "Ada tiga golongan manusia yang tidak akan dipandang oleh Allah Azza Wajalla pada hari kiamat: Orang yang durhaka kepada orang tua, wanita yang menyerupai laki-laki, dan Dayuts (Orang yang tidak punya rasa cemburu.)" (HR. An-Nasai).

Beberapa Bentuk Penyerupaan Wanita Terhadap Laki-laki
Banyak sekali bentuk penyerupaan wanita terhadap laki-laki. Masalah ini tidaklah terbatas hanya dalam hal pakaian saja tetapi mencakup lebih dari itu, diantara bentuk (penyerupaan) terhadap laki-laki yang sering dilakukan oleh para wanita adalah:
1. Menyerupai laki-laki dalam hal berpakaian berupa memakai pakaian yang persis menyerupai pakaian laki-laki dan memakai celana panjang yang pada asalnya merupakan pakaian laki-laki dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu bahwa Rasul Shallallaahu alaihi wa Sallam melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki pernah ditanyakan kepada Aisyah Radhiallaahu anha bahwa ada seorang wanita yang memakai sandal (model laki-laki-pent), maka berkatalah Aisyah: "Rasul Shallallaahu alaihi wa Sallam melaknat wanita yang meniru-niru laki-laki." (HR. Abu Dawud).
2. Tidak berpegang teguh terhadap Hijab (pakaian wanita muslimah) yang disyariatkan. Imam Adz-Dzahabi berkata: "Diantara perbuatan yang menyebabkan terlaknatnya wanita adalah menampakkan perhiasan, emas dan berlian di balik cadar (hijab) dan memakai wangi-wangian ketika keluar atau memakai pakaian yang mencolok (norak) ... Semua itu termasuk tabarruj yang dimurkai Allah dan dimurkai pula orang yang melakukannya di dunia dan akhirat."
3. Banyak keluar rumah tanpa ada keperluan baik bersama sopir pribadi, naik kendaraan umum atau menyetir sendiri seperti yang banyak terjadi dibeberapa negara atau berjalan kaki sekalipun jaraknya jauh.
4. Berdesak-desakan dengan laki-laki dan bercampur baur dengan mereka di pasar-pasar dan di tempat-tempat umum, bahkan sebagian mereka tidak merasa malu untuk mengantri di barisan laki-laki ketika menunggu, masuk dan duduk diantara laki-laki khususnya di lapangan bisnis.
5. Meninggikan suara dalam berbicara dengan laki-laki dengan suara yang keras sehingga terdengar dari kejauhan. Padahal tabiat seorang wanita biasanya berbicara rendah dan menghindari berbicara dengan laki laki asing.
6. Meniru kebiasaan laki-laki dalam hal berjalan dan beraktifitas, berupa berjalan di pasar-pasar atau jalanan seperti berjalannya laki-laki dengan gagah menyerupai gerakan laki-laki yang menampakkan kegagahan dan kejantanan.
7. Kasar dalam bermuamalah dan berakhlak dengan keluarga dan kerabatnya, tidak lembut, galak, keras kepala dan tidak menghargai orang lain, sifat-sifat ini tercela bagi laki-laki maka bagaimana bagi wanita?
8. Tidak memakai perhiasan yang khusus bagi wanita seperti pacar, celak mata, dan yang lainnya sehingga menjadi seperti laki-laki dalam bentuk dan penampilan. Aisyah Radhiallaahu anhu berkata: Ada seorang wanita menyodorkan sebuah buku dengan tangannya dari balik hijab kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam, beliaupun mengambilnya lalu berkata: "Aku tidak tahu apakah ini tangan laki-laki ataukah tangah wanita?" Aisyah menjawab: "Ta-ngan wanita." Beliau berkata lagi: "Kalau engkau wanita maka engkau harus merubah kuku-kukumu," maksudnya dengan pacar." (HR. Abu Dawud)
9. Menyerupai laki-laki dalam berpenampilan berupa memotong rambut seperti potongan rambut laki-laki, memanjangkan kuku, posisi ketika berdiri atau duduk dan sebagainya.
10. Melepaskan diri dari pengawasan suami atau wali. Dia tidak mau menerima kalau dirinya berada di bawah pengaturan suami atau wali dia menginginkan kebebasan bertindak secara mutlak tanpa izin atau pengawasan laki-laki yang memang bertanggung jawab atas dirinya.
11. Bepergian tanpa mahram dengan berbagai alat transportasi dan yang paling masyur adalah pesawat terbang. Dia sendirilah yang membeli tiket, pergi ke bandara, dan bepergian tanpa mahram yang menyertainya dan melindunginya dari orang-orang fasik. Perbuatannya itu telah menyimpang dari diennya (agamanya) dan tabiatnya. Rasul Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda: "Janganlah seorang wanita bepergian (safar) kecuali dengan mahramnya." (muttafaq 'alaih).
12. Sedikitnya rasa malu, seorang wanita tomboy telah tercabut rasa malu dari kepribadian dan akhlaknya, ia tak ubahnya seperti pohon bugil tak berkulit. Berbicara tentang segala hal, ngobrol dengan setiap orang pergi ke berbagai tempat tanpa rasa malu dan akhlak, sebagai mana sabda Rasul Shallallaahu alaihi wa Sallam dalam sebuah hadits yang shahih: "Sesungguhnya diantara hal yang telah diketahui manusia dari ucapan para nabi yang dulu adalah: Kalau kamu tidak merasa malu maka bertindaklah semaumu."
Inilah beberapa bentuk penyerupaan wanita terhadap laki-laki yang keburukannya begitu nyata dikalangan para wanita, dan hal ini amat patut disesalkan. Dari penjelasan di atas bisa kita tarik kesimpulan yang menyeluruh tentang definisi wanita tomboy yaitu: wanita yang menyerupai laki-laki dalam hal berpakaian, penampilan, berjalan, berbicara, meninggikan suara, beraktifitas dan bercampur baur. Atau secara ringkasnya bahwa seorang wanita dikatakan tomboy kalau dia meniru seperti laki-laki (padahal yang ia tiru adalah merupakan ciri laki-laki yang bertentangan dengan kodrat kewanitaannya).

Beberapa Sebab Wanita Menjadi Tomboy
Ada beberapa penyebab yang mendorong seorang wanita menjadi tomboy yang secara umum diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya iman dan sedikitnya rasa takut kepada Allah, karena terjerumusnya seseorang kepada maksiat baik dosa kecil ataupun dosa besar merupakan akibat dari kurangnya iman dan lemahnya perasaan merasa diawasi oleh Allah Azza wa Jalla.
2. Pendidikan yang jelek, peribahasa mengatakan bahwa seseorang adalah anak bagi lingkungannya. Bila lingkungan tempat dia hidup merupakan lingkungan yang shaleh, maka diapun akan shaleh, kalau lingkungannya jelek maka diapun akan seperti itu. Seorang anak wanita yang hidup dirumah yang semrawut yang kosong dari pendidikan yang baik pada umumnya akan menyeret dia kepada berbagai penyimpangan.
3. Pengaruh media masa dengan berbagai bentuk dan jenisnya, baik tontonan, yang di dengar, ataupun bacaan. Di dalamnya berkembang dan tersebar pemikiran-pemikiran sesat dan penyimpangan yang akan menyesatkan para wanita dan mendorong mereka untuk melanggar norma agama dan prinsip-prinsip kebenaran.
4. Taklid buta, dia berpakaian dan berprilaku tanpa memahami dan mengetahui apa yang dia lakukan, juga tidak memikirkan manfaat dan madharaat-nya. Dia hanya sekedar ikut-ikutan kepada apa yang ada di sekitar dirinya, dari kawan-kawannnya dan dari para seniwati (artis atau bintang), sekalipun hal itu bertendengan tabiat kewanitaannya.
5. Kawan bergaul yang jelek, di antara hal yang tidak diragukan lagi adalah kawan bergaul yang mempunyai pengaruh besar dalam pribadi seseorang baik positif ataupun negatif. Sebagaimana sabda nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam : "Perumpamaan kawan bergaul yang saleh dengan kawan bergaul yang jelek seperti orang yang menjual minyak wangi dengan peniup pande besi (kiir). Panjual minyak wangi mungkin dia akan memberikan kepadamu atau kamu membeli darinya, atau kamu bisa mencium harumnya. Adapun peniup pande besi mungkin dia bisa membakar pakaianmu atau kamu mencium bau busuk darinya." (Muttafaq 'alaih).
6. Kurang percaya diri dan upaya menarik perhatian, sebagian wanita ada yang merasa kurang percaya diri dan berupaya menutup kekurangan itu dengan cara yang justeru menyeret mereka kepada keburukan yaitu menyerupai laki-laki dalam berperilaku, penampailan, pakaian dan sebagainya.
7. Contoh yang buruk, contoh (figur) merupakan unsur pendidikan yang terpenting. Kadang-kadang seorang ibu berprilaku menyerupai laki-laki lalu di contoh oleh anak perempuannya. Umumnya para anak wanita memiliki kepribadian karena mencontoh ibu-ibu mereka. Maka seorang ibu yang tidak menghargai dan tidak menghormati ayah, pada umumnya anak wanitanya pun bertabiat seperti itu yaitu tidak menghargai suami mereka. Dan seorang ibu yang kasar nada bicaranya dan selalu keras dalam bersuara maka anak wanita-nya pun akan mewarisi sifat ini pula.
8. Tidak adanya rasa cemburu dari suami atau walinya, sehingga tidak mencegah dia dari penyimpangan dalam masalah hijab dan pakaian dan tidak melarangnya dari perilaku yang tidak layak.

Demikian diantara sebab-sebab terpenting yang dapat menjerumuskan wanita ke dalam sikap meniru kaum laki-laki. Semoga Allah menjaga kita dari segala perbuatan yang menyelisihi syari'atNya serta membimbing kita semua agar tetap diatas fitrah yang diridhaiNya.

Categories

2012 (1) adab (6) akhwat (6) al qur'an (7) Al-Ghazali (2) alqur'an (3) amal-amal mulia (1) astronomi (2) bercanda (2) bermuda (1) binteng (1) cahaya (3) cantik (5) cinta (3) claudius (1) cosmis (1) dewasa (2) diponegoro (1) fachchar (1) film (1) fisika (4) formosa (1) hati (3) hidup (2) hijab (1) hukum (1) iblis (1) ilmu (2) jawa (1) jilbab (3) jin (1) kecepatan (1) kesehatan (3) ketua (1) kiamat (2) kristologi (2) lailatul qadar (1) liberalisme (3) Madinah (2) makkah (1) manfaat puasa (1) manusia (4) maulud (1) merokok (1) MUI (2) muslim (4) muslimah (6) nabi (3) nasa (1) newton (1) nikah (2) nikmat (1) pacaran (6) pahlawan (1) pengetahuan (13) perempuan (3) planet (1) proteinasi (1) ramadhan (1) RIMA (1) Rosulullah (5) sabar (5) sahur (1) sambutan (1) sejarah (8) sekolah (4) sepakbola (1) sholat (3) suku maya (1) sumur setan (1) syukur (2) tafsir (1) tahun baru (1) Thien (1) valentine (2) waktu (2) wanita (7) zina (5) फित्नाह (1)