RSS

Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)

STRUKTUR ORGANISASI RIMA 2009 - 2012




Pelindung


Bp. Didik Indratmoyo

Penasehat


Bp. H. Rusyadi

Pembina


  1. Bp. Hadi Soimun
  2. Bp. Drs. H. Zazinto
  3. M. Ridwan


Ketua


Afief Kurnia Rachman

Wakil ketua


Fissilmi Gunawati

Sekretaris


  1. Risa Puji Astuti
  2. Henny Issnawaty
  3. M. Fatkhur Rizki


Bendahara


  1. Anita Kristiana
  2. Onny Setyaningsih
  3. Hartono


SEKSI-SEKSI



Dakwah dan PHBI


  1. Dani Setiawan
  2. Alim Wisnu Kurniawan
  3. Romdhoni
  4. Muntoha


Perlengkapan dan Perawatan


  1. Syaiful Mufid
  2. M. Amar Ma’ruf Fauzi
  3. Elvin
  4. Mellisa


Kolektor Listrik


Heri Krismanto

Kesenian dan Mading


  1. Candra Tri Yulianto
  2. Monik Setyorini
  3. Nur Izzati
  4. Maya Aprilia


Sosial


  1. Okki Sulistiawan
  2. Nasta’in
  3. M. Setya Roji’in
  4. Fuad Adhi Sasmito


Kebersihan


  1. Erlin
  2. Dewi Lestariyah
  3. Firawati
  4. Farida


Olahraga


  1. Galuh Adi Prakoso
  2. Syukron Ma’mun
  3. Hima Adhitama
  4. Hariyadi


Humas


  1. Jarwadi
  2. Didik Cahyadi
  3. Hendi Probo Jati


Keamanan


  1. Winarno
  2. As’ari
  3. Mahbub
  4. Mahmud


Friday, October 30, 2009

Ibnu Al-Haitsam Ilmuwan Tulen Pertama

*ISAAC *Newton diyakini banyak orang sebagai fisikawan terhebat sepanjang masa. Setidaknya, dilihat sebagai Bapak Fisika Cahaya Modern, atau itulah yang dikatakan buku-buku pelajaran di sekolah.

Buku tersebut membahas berbagai percobaan Isaac dengan lensa dan prisma yang terkenal, studi tentang cahaya alami dan refleksi, serta refraksi cahaya dan pemisahan cahaya dalam pelangi. Namun, menurut Profesor Jim Al-Khalili dari Universitas Surrey, kenyataannya itu adalah hal yang abu-abu.

"Saya merasa perlu menegaskan, khususnya dalam fisika optik bahwa Newton sendiri mengikuti jejak ilmuwan hebat lain yang hidup 700 tahun sebelumnya,"ucapnya.

Jelas, dia menyebutkan, fisikawan akbar lain yang patut disetarakan dengan Newton adalah ilmuwan yang lahir pada 965 Masehi di daerah yang sekarang dikenal sebagai negara Irak.

"Dia dikenal dengan nama al-Hassan Ibnu al-Haitsam," sebutnya seraya menambahkan, kebanyakan orang di Barat mungkin belum pernah mendengar namanya.

Sebagai seorang fisikawan, Jim menyadari betul betapa besar kontribusi pria ini dalam bidang yang digelutinya.

Dalam buku-buku populer tentang sejarah ilmu alam, biasanya disebut bahwa tidak ada kemajuan penting yang dicapai antara peradaban Yunani kuno dan masa Renaisans di Eropa. Jim mengatakan karena Eropa Barat terjerumus ke dalam Masa Kegelapan, bukan berarti kemajuan tidak terjadi di belahan dunia lainnya. Kenyataannya, dia mengatakan, antara abad ke-9 dan ke-13 menandai Masa Keemasan dalam ilmu pengetahuan Arab.

"Berbagai terobosan terjadi di bidang matematika, astronomi, kedokteran, fisika, kimia, dan filsafat. Dibandingkan banyak pemikir jenius yang hidup pada masa itu, prestasi Ibnu al-Haitsam adalah yang paling hebat. Dia dilihat sebagai Bapak Metode Ilmiah Modern," ucapnya.

Seperti yang biasa dijelaskan, Jim menuturkan, ini adalah pendekatan dalam menyelidiki sebuah fenomena ilmu alam, untuk memahami ilmu pengetahuan baru,atau untuk memperbaiki dan menggabungkan ilmu lama berdasarkan pengumpulan data melalui pemantauan dan pengukuran.

Proses ini diikuti tahap formulasi dan pengujian hipotesa guna menjelaskan data yang didapat. Inilah cara ilmu alam ditangani sekarang. Karena itu Jim percaya kemajuan yang dicapai dalam ilmu pengetahuan modern. Namun, metode ilmiah modern ini sering kali dikatakan baru ditemukan pada awal abad ke-17 oleh Francis Bacon dan Rene Descartes.

"Tetapi saya yakin, Ibnu al-Haitsam sudah jauh mendului mereka. Penekanannya pada data eksperimental dan kemampuan untuk memproduksi kembali hasilnya, membuat Ibnu al-Haitsam sering disebut sebagai 'ilmuwan' sesungguhnya yang pertama di dunia," sebutnya.

*Memahami Cahaya*


Profesor Jim Al-Khalili juga mengungkapkan bahwa ilmuwan pertama yang memberi penuturan yang tepat tentang bagaimana kita melihat sebuah objek adalah al-Hassan Ibnu al-Haitsam.

Jim menyebutkan, al-Hassan Ibnu al-Haitsam membuktikan dengan melakukan percobaan, misalnya teori emisi yang menyatakan cahaya dari mata kita menyinari objek yang kita lihat. Teori ini diyakini para pemikir terkenal seperti Plato, Euclid, dan Ptolemy adalah teori yang keliru.

"Ibnu al-Haitsam menginformasikan bahwa kita bisa melihat karena cahaya masuk ke mata kita, satu gagasan yang dipercaya sampai saat ini," ucapnya.

Ibnu al-Haitsam juga merupakan ilmuwan pertama yang menggunakan matematika untuk menggambarkan dan membuktikan proses ini. Jadi, Jim menyimpulkan, dia bisa juga dianggap sebagai fisikawan teori pertama. Ibnu al-Haitsam mungkin paling dikenal dengan penemuan kamera lubang jarum yang dioperasikan tanpa lensa.

Seharusnya, dia mengatakan, Ibnu al-Haitsam diakui sebagai penemu hukum refraksi. Dia juga orang pertama yang melakukan percobaan tentang pembagian cahaya menjadi beberapa warna dan meneliti bayangan, pelangi, dan gerhana.

"Dengan memantau sinar matahari masuk ke bumi dari atmosfer, dia dapat memperkirakan tinggi atmosfer yang menurutnya sekitar 100 kilometer,"katanya bersemangat.

*Peneliti Canggih*

Sama halnya dengan banyak ilmuwan modern, Ibnu al-Haitsam sangat bergantung pada waktu dan membutuhkan kesunyian untuk menulis banyak teorinya, termasuk penelitian penting tentang lensa.

Menurut Jim, Ibnu al-Haitsam pernah diminta kalifah di Kairo untuk menyelesaikan masalah pengaturan banjir Sungai Nil. Sewaktu masih di Basrah, Ibnu al-Haitsam mengklaim bahwa banjir tahunan di Sungai Nil bisa diatur dengan jaringan kanal sehingga air dapat tersimpan sampai masa kemarau, Namun begitu, tiba di Kairo, dia menyadari bahwa rencana itu tidak praktis dari segi teknis.

*Gerakan Planet*

Setelah kembali ke Irak, Jim menuturkan, dia menyusun 100 penelitian lainnya dalam berbagai topik di bidang fisika dan matematika. Seorang pakar di Iskandariyah menyebutkan, Ibnu al-Haitsam mengembangkan apa yang disebut sebagai mekanisme benda angkasa.

Mekanisme ini menjelaskan orbit planet yang kemudian mengilhami penelitian astronomi Eropa seperti Copernicus, Galileo, Kepler, dan Newton.

"Adalah hal yang menakjubkan bahwa kita baru sekarang menyadari betapa besar utang para fisikawan modern kepada seorang ilmuwan Arab yang hidup 1.000 tahun lalu," tulisnya.

(jri)

Sumber : Okezone.com

Memahami Perjuangan Pangeran Diponegoro

Penulis: Adian Husaini

Pada jurnal Islamia-Republika, edisi 15 Oktober 2009, dimuat sebuah artikel menarik berjudul ”Diponegoro Pangeran Santri Penegak Syariat”. Artikel itu ditulis oleh Ir. Arif Wibowo, mahasiswa Magister Pemikiran Islam-Universitas Muhammadiyah Surakarta. Artikel itu membuka kembali wacana penting dalam penulisan sejarah Islam di Indonesia bahwa Pangeran Diponegoro bukanlah pahlawan nasional yang berjuang melawan Belanda semata-mata karena urusan tanah atau tahta. Tapi, Pangeran Diponegoro adalah pahlawan Islam, bangsawan Jawa yang mendalami serius agama Islam, dan kemudian melawan penjajah Belanda dengan semangat jihad fi sabilillah. Diponegoro adalah sosok pahlawan yang berani meninggalkan tahta dan kenikmatan duniawi demi mewujudkan sebuah cita-cita luhur, tegaknya Islam di Tanah Jawa.

Berikut ini kita sajikan secara utuh tulisan yang menarik tentang Diponegoro tersebut.
Pangeran Diponegoro lahir pada 1785. Ia putra tertua dari Sultan Hamengkubuwono III (1811 – 1814). Ibunya, Raden Ayu Mangkarawati, keturunan Kyai Agung Prampelan, ulama yang sangat disegani di masa Panembahan Senapati mendirikan kerajaan Mataram. Bila ditarik lebih jauh lagi, silsilahnya sampai pada Sunan Ampel Denta, seorang wali Sanga dari Jawa Timur. Dalam bukunya, Dakwah Dinasti Mataram, Dalam Perang Dipnegoro, Kyai Mojo dan Perang Sabil Sentot Ali Basah, Heru Basuki menyebutkan, bahwa saat masih kanak-kanak, Diponegoro diramal oleh buyutnya, Sultan Hamengkubuwono I, bahwa ia akan menjadi pahlawan besar yang merusak orang kafir. Heru Basuki mengutip cerita itu dari Louw, P.J.F – S Hage – M nijhoff, Eerstee Deel Tweede deel 1897, Derde deel 1904, De Java Oorlog Van 1825 – 1830 door, hal. 89.
Suasana kraton yang penuh intrik dan kemerosotan moral akibat pengaruh Belanda, tidak kondusif untuk pendidikan dan akhlak Diponegoro kecil yang bernama Pangeran Ontowiryo. Karena itu, sang Ibu mengirimnya ke Tegalrejo untuk diasuh neneknya, Ratu Ageng di lingkungan pesantren. Sejak kecil, Ontowiryo terbiasa bergaul dengan para petani di sekitarnya, menanam dan menuai padi. Selain itu ia juga kerap berkumpul dengan para santri di pesantren Tegalrejo, menyamar sebagai orang biasa dengan berpakaian wulung.
Bupati Cakranegara yang menulis Babad Purworejo bersama Pangeran Diponegoro pernah belajar kepada Kyai Taftayani, salah seorang keturunan dari keluarga asal Sumatera Barat, yang bermukim di dekat Tegalrejo. Menurut laporan Residen Belanda pada tahun 1805, Taftayani mampu memberikan pengajaran dalam bahasa Jawa dan pernah mengirimkan anak-anaknya ke Surakarta, pusat pendidikan agama pada waktu itu. Di Surakarta, Taftayani menerjemahkan kitab fiqih Sirat AlMustaqim karya Nuruddin Ar Raniri ke dalam bahasa Jawa. Ini mengindikasikan, Diponegoro belajar Islam dengan serius. (Dr. Kareel A. Steenbrink, 1984, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke 19, Penerbit Bulan Bintang Jakarta hal. 29).
Dalam Babad Cakranegara disebutkan, adalah Diponegoro sendiri yang menolak gelar putra mahkota dan merelakan untuk adiknya R.M Ambyah. Latar belakangnya, untuk menjadi Raja yang mengangkat adalah orang Belanda. Diponegoro tidak ingin dimasukkan kepada golongan orang-orang murtad. Ini merupakan hasil tafakkurnya di Parangkusuma. Dikutip dalam buku Dakwah Dinasti Mataram: “Rakhmanudin dan kau Akhmad, jadilah saksi saya, kalau-kalau saya lupa, ingatkan padaku, bahwa saya bertekad tak mau dijadikan pangeran mahkota, walaupun seterusnya akan diangkat jadi raja, seperti ayah atau nenenda. Saya sendiri tidak ingin. Saya bertaubat kepada Tuhan Yang Maha Besar, berapa lamanya hidup di dunia, tak urung menanggung dosa (Babad Diponegoro, jilid 1 hal. 39-40).
Perang besar
Dalam bukunya, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke 19, Kareel A. Steenbrink, mencatat, sebagian besar sejarawan menyepakati bahwa perang Diponegoro lebih bersifat perang anti-kolonial. Beberapa sebab itu antara lain: 1. Wilayah kraton yang menyempit akibat diambil alih Belanda, 2. Pemberian kesempatan kepada orang Tionghoa untuk menarik pajak, 3. Kekurangadilan di masyarakat Jawa, 4. Aneka intrik di istana, 5. Praktek sewa perkebunan secara besar-besaran kepada orang Belanda, yang menyebabkan pengaruh Belanda makin membesar, 6. Kerja paksa bukan hanya untuk kepentingan orang Yogyakarta saja, tetapi juga untuk kepentingan Belanda.
Namun menurut Louw, sebab-sebab sosial ekonomis tadi dilandasi oleh alasan yang lebih filosofis, yaitu jihad fi sabilillah. Hal ini diakui oleh Louw dalam De Java Oorlog Van 1825-1830, seperti dikutip Heru Basuki: “Tujuan utama dari pemberontakan tetap tak berubah, pembebasan negeri Yogyakarta dari kekuasaan Barat dan pembersihan agama daripada noda-noda yang disebabkan oleh pengaruh orang-orang Barat.”
Hal ini tampak dari ucapan Pangeran Diponegoro kepada Jendral De Kock pada saat penangkapannya. “Namaningsun Kangjeng Sultan Ngabdulkamid. Wong Islam kang padha mukir arsa ingsun tata. Jumeneng ingsun Ratu Islam Tanah Jawi” (Nama saya adalah Kanjeng Sultan Ngabdulkhamid, yang bertugas untuk menata orang Islam yang tidak setia, sebab saya adalah Ratu Islam Tanah Jawa). (Lihat, P. Swantoro, Dari Buku ke Buku, Sambung Menyambung Menjadi Satu, (2002)).
Kareel A Steenbrink menyebutkan, pemikiran dan kiprah Pangeran Diponegoro menarik para ulama, santri dan para penghulu merapat pada barisan perjuangannya. Peter Carey dalam ceramahnya berjudul Kaum Santri dan Perang Jawa pada rombongan dosen IAIN pada tanggal 10 April 1979 di Universitas Oxford Inggris menyatakan keheranannya karena cukup banyak kyai dan santri yang menolong Diponegoro. Dalam naskah Jawa dan Belanda, Carey menemukan 108 kyai, 31 haji, 15 Syeikh, 12 penghulu Yogyakarta, dan 4 kyai guru yang turut berperang bersama Diponegoro.
Bagi sebagian kalangan, ini cukup mengherankan. Sebab, pasca pembunuhan massal ulama dan santri oleh Sunan Amangkurat I tahun 1647, hubungan santri dengan kraton digambarkan sangat tidak harmonis. Namun Pangeran Diponegoro yang merupakan keturunan bangsawan dan ulama sekaligus, berhasil menyatukan kembali dua kubu tersebut.
Paduan motivasi agama dan sosial ekonomi ini menyebabkan Perang Diponegoro menjadi perang yang sangat menyita keuangan pemerintah kolonial, bahkan hampir membangkrutkan negeri Belanda. Korban perang Diponegoro: orang Eropa 8.000 jiwa, orang pribumi yang di pihak Belanda 7.000 jiwa. Biaya perang 20 juta gulden. Total orang Jawa yang meninggal, baik rakyat jelata maupun pengikut Diponegoro 200.000 orang. Padahal total penduduk Hindia Belanda waktu itu baru tujuh juta orang, separuh penduduk Yogyakarta terbunuh.
Data ini menunjukkan, dahsyatnya Perang Diponegoro dan besarnya dukungan rakyat terhadapnya. Oleh bangsa Indonesia, Pangeran Diponegoro yang dikenal dengan sorban dan jubahnya, kemudian diakui sebagai salah satu Pahlawan Nasional, yang sangat besar jasanya bagi bangsa Indonesia. Louw dalam De Java Oorlog Van 1825 – 1830, menulis: “Sebagai seorang yang berjiwa Islam, ia sangat rajin dan taqwa sekali hingga mendekati keterlaluan.”
Demikianlah artikel penting yang ditulis Saudara Arif Wibowo tentang Pangeran Diponegoro. Informasi tentang Diponegoro tersebut perlu diajarkan di sekolah-sekolah kita, khususnya sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan Islam. Saya masih menemukan banyak sekolah Islam yang masih mengajarkan cerita tentang Diponegoro yang keliru dan tidak menggambarkan Diponegoro sebagai seorang pahlawan Islam. Seolah-olah Diponegoro berjuang melawan Belanda hanya karena urusan duniawi.
Kita berharap, pengelola lembaga pendidikan Islam, juga para orang tua bersedia meneliti buku-buku pelajaran anak-anaknya, agar tidak menyimpang dari ajaran Islam dan fakta yang sebenarnya.
Cobalah bertanya kepada anak-anak kita, apakah mereka memahami bahwa Islam masuk ke Indonesia adalah dibawa oleh para pedagang dari Gujarat India. Padahal, teori buatan Snouck Hurgronje itu sudah lama dijawab oleh para ulama dan sejarawan Muslim. Para pendakwah Islam di wilayah Nusantara ini bukanlah orang-orang sembarangan. Mereka adalah para pendakwah yang datang dari negeri Arab yang serius mendakwahkan Islam; bukan sekedar pekerjaan sambilan dari pekerjaan utama, yaitu berdagang.
Dalam berbagai kesempatan bertemu dengan lembaga-lembaga pendidikan, saya mengajak para pimpinan dan guru-gurunya, agar serius memperhatikan pelajaran sekolah anak-anaknya. Suatu ketika anak saya menyodori sebuah soal pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas VI Sekolah Dasar dari suatu sekolah Islam terkenal. Salah satu soalnya menceritakan bahwa ada seorang anak yang rumahnya jauh dari rumah. Setelah pulang sekolah ia harus membantu ibunya berjualan sampai Magrib. Usai shalat Magrib, dia masih harus mengaji, sehingga esoknya di sekolah dia kecapekan dan mengantuk.
Soal semacam ini seyogyanya tidak diberikan kepada anak didik, apalagi di sekolah Islam. Mestinya diajarkan bahwa meskipun anak tersebut rumahnya jauh, harus membantu orang tuanya berjualan, dan juga harus mengaji, tetapi si anak tetap dapat meraih prestasi dengan baik di sekolahnya. Faktanya, tidak sedikit anak-anak berprestasi di sekolahnya justru anak-anak yang suka belajar dan bekerja keras, meskipun berada dalam kondisi kehidupan yang tidak mudah.
Itulah pentingnya lembaga-lembaga pendidikan Islam melakukan perbaikan terhadap guru-guru dan kurikulum serta buku-buku pelajarannya. Kita berharap, dari sekolah-sekolah itulah akan lahir anak didik yang beradab. Yakni, anak didik yang mampu memandang dan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya sesuai derajat yang ditentukan Allah SWT.
Seorang Pangeran Diponegoro harus diletakkan secara terhormat sebagai pahlawan pejuang agama Allah. Era reformasi dan keterbukaan harusnya mampu dimanfaatkan sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan Islam untuk merevisi, dan kalau perlu merombak, buku-buku pelajaran yang selama ini diajarkan kepada anak didik mereka.
Pelajaran sejarah sangat penting diberikan dengan mengungkap fakta dan perspektif yang benar untuk membentuk persepsi dan sikap hidup. Ketekunan, keikhlasan, kezuhudan, dan semangat jihad Pangeran Diponegoro seharusnya dipaparkan dengan benar kepada anak didik sehingga mereka tergerak untuk mengambil hikmah dan meneladani sang pahlawan Islam tersebut.
[Jakarta, 17 Oktober 2009/www.hidayatullah.com]

Catatan Akhir Pekan [CAP] adalah hasil kerjasama antara Radio Dakta 107 FM dan www.hidayatullah.com

NASEHAT AL-GHAZALI UNTUK PELAJAR

Penulis: Henri Shalahuddin
"Ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada pelaku maksiyat,” demikian petuah masyhur guru Imam Syafii, Waqi’. Ibnu Mas'ud r.a., salah satu Sahabat Nabi saw pernah berwasiat, bahwa hakekat ilmu itu bukanlah menumpuknya wawasan pengetahuan pada diri seseorang, tetapi ilmu itu adalah cahaya yang bersemayam dalam hati. Kedudukan ilmu dalam Islam sangatlah penting. Rasulullah saw., bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT, para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi hingga semut dalam tanah, serta ikan di lautan benar-benar mendoakan bagi pengajar kebaikan". (HR. Tirmidzi).

Mengingat kedudukannya yang penting itu, maka menuntut ilmu adalah ibadah, memahaminya adalah wujud takut kepada Allah, mengkajinya adalah jihad, mengajarkannya adalah sedekah dan mengingatnya adalah tasbih. Dengan ilmu, manusia akan mengenal Allah dan menyembah-Nya. Dengan ilmu, mereka akan bertauhid dan memuja-Nya. Dengan ilmu, Allah meninggikan derajat segolongan manusia atas lainnya dan menjadikan mereka pelopor peradaban.
Oleh karena itu, sebelum menuntut ilmu, Imam al-Ghazali mengarahkan agar para pelajar membersihkan jiwanya dari akhlak tercela. Sebab ilmu merupakan ibadah kalbu dan salah satu bentuk pendekatan batin kepada Allah. Sebagaimana shalat itu tidak sah kecuali dengan membersihkan diri dari hadas dan kotoran, demikian juga ibadah batin dan pembangunan kalbu dengan ilmu, akan selalu gagal jika berbagai perilaku buruk dan akhlak tercela tidak dibersihkan. Sebab kalbu yang sehat akan menjamin keselamatan manusia, sedangkan kalbu yang sakit akan menjerumuskannya pada kehancuran yang abadi. Penyakit kalbu diawali dengan ketidaktahuan tentang Sang Khalik (al-jahlu billah), dan bertambah parah dengan mengikuti hawa nafsu. Sedangkan kalbu yang sehat diawali dengan mengenal Allah (ma'rifatullah), dan vitaminnya adalah mengendalikan nafsu. (lihat al-munqidz min al-dhalal)
Sebagai amalan ibadah, maka mencari ilmu harus didasari niat yang benar dan ditujukan untuk memperoleh manfaat di akherat. Sebab niat yang salah akan menyeret kedalam neraka, Rasulullah saw., bersabda: "Janganlah kamu mempelajari ilmu untuk tujuan berkompetisi dan menyaingi ulama, mengolok-olok orang yang bodoh dan mendapatkan simpati manusia. Barang siapa berbuat demikian, sungguh mereka kelak berada di neraka. (HR. Ibnu Majah)
Diawali dengan niat yang benar, maka bertambahlah kualitas hidayah Allah pada diri para ilmuwan. "Barang siapa bertambah ilmunya, tapi tidak bertambah hidayahnya, niscaya ia hanya semakin jauh dari Allah", demikian nasehat kaum bijak. Maka saat ditanya tentang fenomena kaum intelektual dan fuqaha yang berakhlak buruk, Imam al-Ghazali berkata: "Jika Anda mengenal tingkatan ilmu dan mengetahui hakekat ilmu akherat, niscaya Anda akan paham bahwa yang sebenarnya menyebabkan ulama menyibukkan diri dengan ilmu itu bukan semata-mata karena mereka butuh ilmu itu, tapi karena mereka membutuhkannya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah".
Selanjutnya beliau menjelaskan makna nasehat kaum bijak pandai bahwa 'kami mempelajari ilmu bukan karena Allah, maka ilmu itu pun enggan kecuali harus diniatkan untuk Allah', berarti bahwa "Ilmu itu tidak mau membuka hakekat dirinya pada kami, namun yang sampai kepada kami hanyalah lafaz-lafaznya dan definisinya". (Ihya' 'Ulumiddin)
Ringkasnya, Imam al-Ghazali menekankan bahwa ilmu saja tanpa amal adalah junun (gila) dan amal saja tanpa ilmu adalah takabbur (sombong). Junun berarti berjuang berdasarkan tujuan yang salah. Sedangkan takabbur berarti tanpa memperdulikan aturan dan kaedahnya, meskipun tujuannya benar. Maka dalam pendidikan Islam, keimanan harus ditanamkan dengan ilmu; ilmu harus berdimensi iman; dan amal mesti berdasarkan ilmu. Inilah sejatinya konsep integritas pendidikan dalam Islam yang berbasis ta'dib. Ta'dib berarti proses pembentukan adab pada diri peserta didik. Maka dengan konsep pendidikan seperti ini, akan menghasilkan pelajar yang beradab, baik pada dirinya sendiri, lingkungannya, gurunya maupun pada Penciptanya. Sehingga terjadi korelasi antara aktivitas pendidikan, orientasi dan tujuannya.
Ketika seseorang mempelajari ilmu-ilmu kedokteran, kelautan, tehnik, komputer dan ilmu-ilmu fardhu kifayah lainnya, maka mereka tidak memfokuskan niatnya pada nilai-nilai ekonomi, sosial, budaya, politik, atau tujuan pragmatis sesaat lainnya. Tapi kesemuanya ini dipelajarinya dalam rangka meningkatkan keimanan dan bermuara pada pengabdian pada Sang Pencipta. Disorientasi pendidikan diawali dengan hilangnya integritas nilai-nilai ta'dib dalam pendidikan (sekularisasi). Sekularisasi dalam dunia pendidikan berjalan dengan dua hal: (a) menempatkan ilmu-ilmu fardhu 'ain yang dianggap tidak menghasilkan nilai ekonomi dalam skala prioritas terakhir, atau dihapus sama sekali. Sehingga mahasiswa kedokteran misalnya, tidak perlu dikenalkan pelajaran-pelajaran agama. (b) mengutamakan pencapaian-pencapaian formalitas akademik. Sehingga keberhasilan seorang pelajar hanya ditentukan dari hasil nilai ujian yang menjadi ukuran pencapaian ilmu dan keberhasilan sebuah lembaga pendidikan.
Rusaknya dunia pendidikan terjadi ketika ilmu diletakkan secara salah sebagai sarana untuk mengejar syahwat duniawi. Padahal Ali bin Abi Talib r.a., telah mengingatkan: "Barang siapa yang kecenderungannya hanya pada apa yang masuk kedalam perutnya, maka nilainya tidak lebih baik dari apa yang keluar dari perutnya". Wallahu a'lam wa ahkam bis shawab. (***)


sumber: insintnet

Studi al-Qur'an Yang Dikelirukan

Penulis: Henri Shalahuddin
Umat Islam menempatkan al-Qur'an sebagai sumber utama memahami cara berislam secara benar. Sejak generasi Sahabat hingga kini, para ulama bersungguh-sungguh mendarmabaktikan hidupnya untuk menggali makna-makna yang terkandung dalam al-Qur'an. Meskipun mereka hidup di jaman dan tempat yang berbeda, namun hasil kajian yang dituangkan dalam kitab-kitab tafsir secara prinsip tidak jauh berbeda. Adanya beberapa perbedaan penafsiran di kalangan para ulama yang bermartabat lebih bersifat variatif dan bukan kontradiktif. Sebab dalam menafsirkan ayat-ayat, mereka mengacu pada prinsip dan kaedah 'Ulum al-Qur'an yang benar, yang diwariskan secara terpercaya dari generasi ke generasi. Perkembangan prinsip kajian al-Qur'an melalui metode sanad (mata rantai) dari ulama-ulama yang bermartabat senantiasa disandarkan pada konsep wahyu. Landasan sanad yang terbina dalam tradisi keilmuan Islam dengan sendirinya tidak memberi ruang bagi berkembangnya paham relativisme dan spekulasi akal yang tidak bertanggung jawab. Dalam sebuah atsar, Abu Hurairah menuturkan: “Sesungguhnya ilmu ini (sanad) adalah agama. Oleh sebab itu, perhatikanlah dari siapa kamu mengambil agamamu.”
Landasan sanad ini secara konstan terjaga oleh tradisi ilmu yang mengakar kuat dalam masyarakat Islam hingga abad pertengahan. Pusat-pusat pembelajaran seperti masjid, halaqah (lingkar studi), madrasah, dsb., selalu dijubeli masyarakat yang haus ilmu. Bahkan di saat-saat kondisi politik sedang kacau dan kerusuhan bermunculan di mana-mana, namun tradisi ilmu tetap berjalan. Dalam suasana seperti itu, sejumlah ulama dan cendekiawan Muslim masih terus bermunculan dan memberi konstribusi bagi peradaban manusia.

Nasib Studi al-Qur'an Kini
Meskipun di sejumlah lembaga pendidikan Islam di Indonesia masih eksis memegang tradisi sanad dalam mengembangkan studi al-Qur'an, namun di beberapa lembaga pendidikan tinggi Islam, justru kondisinya berbanding terbalik. Dengan alasan "objektivitas ilmiah", netralitas hasil kajian yang tidak memihak dan menghilangkan nuansa ideologis, studi Islam terlebih lagi studi al-Qur'an dikembangkan secara liar. Tradisi sanad dianggap ketinggalan dan dipandang sebagai produk abad pertengahan yang statis dan bernuansa Islam klasik.
Sebagai gantinya, hasil kajian tokoh-tokoh orientalis dan liberal dijadikan rujukan utama dalam studi Islam. Dalam kacamata mereka, ajaran Islam seringkali dipaksa untuk berkompromi dengan realitas yang berkembang di masyarakat (sosiologis). Maka muncullah studi Islam berprespektif gender, Syariat berbasis HAM, Quran untuk perempuan, Islam yang "ramah", dst. Bukan sebaliknya, yakni Gender dalam perspektif Islam, HAM berbasis Syariat, perempuan dalam al-Qur'an, dst. Sebab ajaran-ajaran Islam tidak lagi dipandang sebagai acuan dasar dalam memahami realitas, tapi realitaslah yang dinobatkan berkuasa untuk menentukan corak Islam kekinian.
Buku "Pengarusutamaan Gender Dalam Kurikulum IAIN", adalah contoh kecil di antara gelombang pengeliruan studi Islam yang dilakukan para sarjana liberal. Buku ini merupakan kumpulan kurikulum studi Islam di salah satu perguruan tinggi Islam negeri di Indonesia yang terbit atas kerjasama dengan McGill CIDA. Sebagai contoh, misalnya Matakuliah "Ulum al-Qur’an I" (MKK, 2 SKS, semester II), dijelaskan bahwa hal-hal yang dikaji dalam perkuliahan antara lain persoalan wahyu, proses pewahyuan, sejarah teks al-Qur'an, asbab al-nuzul, nasikh mansukh, teori evolusi syari'ah, dan kaidah-kaidah tafsir.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa: "Pendekatan dalam kuliah dilakukan sedapat mungkin berperspektif gender dengan mengemukakan berbagai contoh yang mendukung ke arah kesetaraan gender". Sedangkan tujuan matakuliah ini di antaranya: "Mahasiswa akan dapat menjelaskan situasi dan kondisi historis saat ayat-ayat al-Qur'an diwahyukan sehingga mampu mengambil pesan moralnya".
Dengan menyimak uraian pendekatan di atas, maka dipahami bahwa ayat-ayat seperti QS. 2:228 dan 282, QS. 4:3, 11 dan 34, QS. 33:59, dst., yang biasa dituding sebagai biang kezaliman dan penindasan terhadap perempuan harus ditafsiri ulang secara kontekstual. Sementara ayat-ayat seperti QS. 2:187, QS. 4:124 & 129, QS. 9:71, dst., yang mendukung paham kesetaraan gender harus ditafsirkan secara harfiyah, tekstual.
Sedangkan berkenaan dengan tujuannya, jika dicermati lebih jauh akan berpotensi untuk menolak legal formal aturan syariat yang tertuang dalam al-Qur'an. Karena hal tersebut mereka anggap bukan sebagai substansi dan pesan moral dari sebuah ayat. Asumsi ini dikuatkan dengan penekanan penjelasan tentang kondisi historis saat ayat-ayat al-Qur'an diwahyukan pada abad 7M, yang berbeda dengan realitas yang berkembang saat ini.
Apalagi dalam jadwal topik-topik perkuliahan yang diajarkan menyebutkan bahwa Makki (ayat-ayat yang diwahyukan sebelum hijrah) bersifat universal, sedangkan Madani (ayat-ayat yang diwahyukan setelah hijrah yang banyak menyinggung masalah hukum Islam) bersifat temporal. Sementara untuk Metodologi tafsir al-Qur'an yang menjadi salah satu topik perkuliahan, diarahkan mengkaji tafsir gaya Aminah Wadud. Seorang tokoh feminis liberal radikal yang tersohor berkat keberaniaannya tampil sebagai khatib dan imam shalat jumat dengan jama'ah campur baur antara laki-laki dan perempuan.

Bahan rujukan memahami al-Qur'an
Liberalisasi al-Qur'an tidak dilakukan secara serampangan, sebaliknya ia adalah sebuah konspirasi dan makar tingkat tinggi untuk merusak ajaran Islam dari dalam. Makar liberalisasi ini diprogram secara massif dan sistemik melalui kurikulum yang siap menghasilkan sarjana-sarjana Muslim yang qualified dalam mengelabuhi makna akidah dan syariat. Ungkapan ini mungkin dipandang bombastis, emosional dan provokatif. Tetapi kesan tersebut akan hilang jika mencermati buku-buku yang dijadikan bahan rujukan untuk matakuliah Ulum al-Qur’an I, di antaranya seperti Toward Understanding Islamic Law (Abdullahi Ahmad al-Naim), Wanita Dalam al-Qur'an (Aminah Wadud Muhsin), Perempuan Tertindas (Hamim Ilyas dkk), al-Kitab wa al-Qur'an (M. Syahrur), al-Risalah al-Saniyah (Mahmood Muhammad Toha), Mafhum al-Nas (Nasr Hamid Abu Zayd), Tafsir Kontekstual al-Qur'an (Taufiq Adnan Amal dan Syamsu Rizal Panggabean). Meskipun di samping itu, ada beberapa buku rujukan yang benar, namun jumlahnya sangat minor dan diletakkan di akhir.
Buku-buku rujukan yang kontroversial ini ditulis oleh para pemuja liberalisme radikal yang gemar mencetuskan pemikiran nyeleneh, bahkan beberapa di antaranya telah difatwa murtad, kabur dari negaranya dan ada yang dihukum mati. Kenyelenehan mereka jelas terlihat saat memunculkan gagasan bahwa al-Qur'an adalah produk budaya, mengingkari syariah, batasan aurat yang relatif dan berubah-ubah, menuduh bahwa mushaf yang ada sekarang ini adalah produk rekayasa politik Usman bin Affan r.a., sehingga diusulkan menerbitkan al-Qur'an Edisi Kritis, menghalalkan homoseksual, memberi stigma bahwa ciri utama Islam fundamentalis adalah mereka yang menolak menerapkan metode Kristen dan Yahudi (hermeneutika) untuk memahami al-Qur'an, dll.
Buku Aminah Wadud yang berkenaan dengan wanita dan al-Qur'an (Quran and Women) misalnya, tidak hanya dijadikan rujukan untuk matakuliah 'Ulum al-Qur'an saja, tapi juga digunakan sebagai 5 matakuliah lainnya, seperti Ulum Hadis, Tafsir, Filsafat Hukum Islam, Masail Fiqh dan Aliran Modern Dalam Islam. Demikian halnya dengan karya Hamim Ilyas dkk, Perempuan Tertindas juga dijadikan rujukan untuk 6 mata kuliah, yaitu Ulum al-Qur'an, Ushul Fiqh, Fiqh, Masail Fiqh, Sejarah Peradaban Islam dan Ilmu Dakwah.
Ketimpangan seperti ini juga menjadi tradisi di banyak matakuliah kajian keislaman. Maka dengan menetapkan satu buku sebagai rujukan untuk bermacam-macam matakuliah, mengesankan bahwa liberalisasi studi Islam ternyata dilakukan secara tidak elegan dan toleran. Sebaliknya, ia dipenuhi pemaksaan, jumud, penuh intrik dan ambisi pribadi. Sebut saja misalnya buku "Argumen Kesetaraan Gender" karya Nazaruddin Umar, dinobatkan sebagai rujukan untuk 4 mata kuliah, yaitu Ulum al-Hadis, Tafsir, Ushul Fiqh, Studi Tokoh Sastra Arab. Padahal penulisnya sendiri bukanlah seorang pakar sastra Arab dan tidak memiliki latar belakang di bidang ini. Di samping itu, buku ini juga tidak ada kaitan khusus dengan kajian ilmu Hadits, apalagi ilmu ushul fiqh.
Uniknya lagi buku Membina keluarga Mawaddah wa Rahmah dalam bingkai Sunah Nabi yang terbit atas kerjasama dengan Ford Foundation juga dijadikan sebagai rujukan untuk 3 matakuliah 'Ulum al-Hadis, Hadis dan Ilmu Dakwah. Padahal buku ini banyak menolak hadis-hadis yang tidak sejalan dengan paham feminisme Barat. Sebagai contoh, di antara isu yang dibahas dalam buku ini adalah mengkritik Hadits Nabi tentang ciri-ciri wanita salehah. Tiga ciri kesalehan wanita seperti hadits yang diriwayatkan Abu Dawud dan al-Baihaqi, yaitu sikap menyenangkan pandangan suaminya, mematuhi perintahnya, dan menjaga kehormatan dirinya dan harta suaminya di saat suaminya pergi, malah dijadikan objek kemarahan. Baginya, Hadits ini dianggap tidak adil dan hanya berisi tuntutan sepihak terhadap perempuan.
Meskipun penulisnya mengakui bahwa hadits ini adalah Hadits yang sahih, tidak menyalahi al-Qur'an, tidak menyalahi amalan ulama salaf dan tidak bertentangan dengan akal sehat, tetapi penulisnya melarang kalau Hadits ini diamalkan apa adanya, secara semestinya dan tekstual. Sebaliknya, Hadits ini harus dipahami secara kontekstual-sosiologis. Karena kesalehan wanita itu relatif dan bisa berubah menurut tempat, zaman dan kebutuhan.

Penutup
Studi al-Qur'an adalah jantung studi Islam, karena memang semua ilmu keislaman bersumber darinya. Sifat kewahyuan al-Qur'an yang final dan universal, mempengaruhi karakter pendekatan studi al-Qur'an untuk tidak bisa dilepaskan begitu saja dari aspek-aspek wahyu dan iman. Jika saja Rasulullah saat menerima wahyu mengalami perubahan fisik yang luar biasa, misalnya beliau terlihat sangat takut dan minta diselimuti, terkadang dahi beliau bercucuran keringat padahal saat itu sedang musim dingin, terkadang nampak wajah beliau kemerah-merahan dengan suara yang tidak beraturan dan terkadang tubuhnya menjadi sangat berat, sampai-sampai paha Zayd bin Tsabit terasa mau patah ketika menahan kaki Rasulullah yang tiba-tiba kedatangan wahyu. Maka apakah layak seorang Muslim saat menggali kandungan al-Qur'an mencampakkan aspek kewahyuannya untuk ditukar dengan spekulasi akal yang tidak terarah dan permisif untuk disusupi aneka purba sangka? Tidakkah merusak studi al-Qur'an berarti sebuah konspirasi memutuskan umat dari akar khazanahnya?! Wallahu a'lam wa ahkam bi l-sawab.

sumber : INSISTNET

Jangan Lupakan Adab Ketika Bercanda

Bercanda merupakan salah satu hal yang digemari masyakat Indonesia,
baik itu anak-anak maupun orang tua;laki-laki maupun wanita; penarik
becak maupun pedagang; pelajar maupun pegawai. Pokoknya segala lapisan
gemar canda.
Saking tersebarnya kegemaran dan hobbi canda ini di masyarakat
Indonesia Raya, sampai dijadikan propesi oleh sebagian orang. Nah,
muncullah disana badut- badut, grup-grup lawak dan banyolan, ludruk,
kelompok musik humoris, pantomin, film-film humoris, promosi dan media
massa yang dihiasi dengan humor.Bukan Cuma lewat media audio-visual,
bahkan juga lewat karya tulis, dan buku-buku. Lebih ironisnya lagi
kegemaran bercanda ini digunakan oleh sebagian kiai dan ustadz untuk
menarik massa, pemanis retorika dalam berceramah dan berkhutbah
sehingga menjadi ciri khas bagi dirinya. Tak heran jika disana ada
sebagian pelawak dan artis jadi ustadz.
Para Pembaca yang budiman, disana terdapat beberapa canda yang
diharamkan, karena melampaui batas syari'at, seperti berikut ini:
* Menyinggung Allah, Rasul-Nya, dan Syari'at-Nya.
Diantara musibah terbesar yang banyak melanda umat manusia, dari dulu
sampai sekarang. Yaitu menghina dan menyinggung Allah, para Rasul-Nya,
dan syari'at yang dibawa oleh mereka karena tidak sesuai dengan hawa
nafsunya.
Allah berfirman,
فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إِلَّا
بَشَرًا مِثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلَّا الَّذِينَ هُمْ
أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ وَمَا نَرَى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ
فَضْلٍ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ
"Maka berkatalah pemimpin-pemimpin dari kaumnya:"Kami tidak melihat
kamu , melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan
kami tidak melihat orang-orang yang mengikutimu, melainkan orang yang
hina-dina diantara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak
melihat kamu memiliki suatu kelebihan apapun atas kami. Bahkan kami
yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta". (QS. Huud : 27)
Ejekan seperti ini, sama dengan ejekan dan ocehan sebagian orang yang
biasa mengejek orang-orang yang belajar agama seraya berkata, "Tak ada
gunanya kamu belajar agama. Coba lihat orang yang belajar, tak ada di
antara mereka yang kaya,semuanya kere dan miskin. Modelnya juga kayak
orang kampungan dan bodoh-bodoh".
Parahnya lagi, ketika mereka diajak melaksanakan sunnah Rasul r
seperti memanjangkan jenggot sesuai perintah Nabi r , mereka ngomel,
"Wah, ngapain panjangkan jenggot, mirip orang tua aja. Lagian jorok
dan ketinggalan zaman". Si miskin ini tak tahu, jika ia mencela
masalah jenggot termasuk celaan terhadap Syari'at Islam sehingga
membuat dirinya terancam kafir !!
Syaikh Abdul Aziz bin Baz-rahimahullah- berkata, "Barang siapa yang
mengolok-olok suatu (ajaran) dari agama Rasul, atau pahalanya, atau
siksaannya, maka sungguh ia telah kafir berdasarkan firman-Nya:
قُلْ أَبِاللَّهِ وَآَيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65)
لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
"Katakanlah :"Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu
selalu berolok-olok". (QS.At-Taubah : 65-66) " . [Lihat Majmu' Fatawa
wa Maqolat Mutanawwi'ah (1/131)]
Saudari-saudari kita yang yang berjilbab dan bercadar sering
mendapatkan olokan dari masyakat disebabkan mereka memakai jilbab yang
menutupi seluruh tubuhnya, longgar, tebal dan berwarna hitam. Dimana-
mana mereka mendapat olokan dari masyarakat. Digelarilah: Ninja,
setan, kemah berjalan, Vampire, tukang copet dan kata-kata yang jorok
lainnya.
Menanggapi masalah ini, Lajnah Da'imah berfatwa, "Barangsiapa yang
mengolok-olok seorang wanita muslimah atau laki-laki muslim lantaran
ia berpegang teguh dengan syari'at Islam, maka ia kafir. Sama saja
apakah (olokan) itu karena berhijabnya seorang wanita muslimah dengan
hijab syar'i atau karena masalah (syari'at) lainnya". Lihat Fatawa Al-
Lajnah Ad-Da'imah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta' (2/14 -15)
Wahai pembaca yang budiman, anda telah melihat bahayanya menyinggung
syari'at Allah ketika bercanda dan humor. Janganlah kalian mengolok
mereka lantaran mereka memanjangkan jenggot atau memendekkan celananya
di atas mata kaki. Sebaiknya kalian diam dan mendoakan mereka agar
tetap teguh di atas sunnah.
Diantara perkara yang masuk dalam masalah ini adalah menjadikan ayat-
ayat Allah dan hadits-hadits Rasululllah r sebagai bahan anekdot.
Hindarilah karena ini berbahaya.
* Merendahkan Orang Lain
Bercanda merupakan suatu hal yang memang mengasyikkan. Namun hal ini
kadang mengantarkan pelakunya merendahkan orang lain.
Kalian akan melihat ada sebagian orang yang meniru gaya jalan
kawannya, dan cara ngomongnya dengan alasan humor. Sekelompok lagi,
ada sebagian yang memberikan gelar-gelar kepada kawan dan saudaranya.
Andaikan gelar itu diberikan kepadanya, niscaya hatinya akan jengkel.
Bahkan ada diantara manusia yang tak berperasaan, saat bercanda ia
memukul temannya. Semua ini mereka lakukan dengan alasan humor.
Semua ini merupakan perendahan terhadap martabat orang lain, apalagi
ia muslim. Penyakit ini muncul disebabkan karena penyakit sombong dan
hilangnya rasa malu di hati pelakunya. Nabi -Shollallahu 'alaihi
wasallam- pernah bersabda,
الْكِبْرُ: بَطْرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
"Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan memandang remeh orang
lain". [HR.Muslim dalam Shohih-nya (91)]
Seseorang yang memiliki iman dan rasa malu di hadapan Allah, niscaya
tak mungkin akan mengantarkan pemiliknya kepada sikap sombong dan
merendahkan orang lain. Nabi -Shollallahu 'alaihi wasallam- bersabda,
الْحَيَاءُ وَالْإِيْمَانُ قُرِنَا جَمِيْعًا فَإِذَا رَفَعَ أَحَدُهُمَا
رَفَعَ الْآخَرُ
"Malu dan iman dikumpulkan bersama-sama. Jika yang satu hilang, maka
yang lain pun akan hilang". [HR.Al-Hakim (58) dan Al-Baihaqy dalam Asy-
Syu'ab (7727), dan Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah (4/297). Lihat Jilbab Al-
Mar'ah (hal.136)].
Ibnu Hajar Al-Haitamy-rahimahullah- memandang bahwa diantara dosa
besar adalah mengejek para hamba Allah Ta'ala, tidak menghargai
menghargai mereka, dan merendahkan mereka. Beliau berkata setelah itu,
"Semua yang disebutkan tadi, prinsip dan dasarnya adalah keburukan
akhlak dan rusaknya hati". [Lihat Az-Zawajir (1/141-142)]
Seorang yang memperbanyak canda dan tawa, hatinya akan rusak dan mati
dengan perlahan-lahan disebabkan ia tak terasa telah melakukan dosa
dan kekufuran yang menodai hati. Nabi r bersabda:
لَا تُكْثِرُوْا الضَّحْكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحْكِ تُمِيْتُ
الْقَلْبِ
"Janganlah kalian memperbanyak tertawa karena memperbanyak tertawa
bisa mematikan hati". [HR. At-Tirmidzy (2305), Ibnu Majah (4193).
Lihat Shohih Al-Adab Al-Mufrod (253)]
* Berbicara Tentang Wanita
Berbicara tentang wanita merupakan salah satu bahan humoran bagi
sebagian orang yang tipis imannya, dan rendah rasa malunya. Sampai
kadang diantara mereka menjadikannya sebagai sebuah propesi dan adat
kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan. Ironisnya lagi, jika
kebiasaan ini menjangkit di kalangan agamawan. Karena pembicaraan
tentang wanita dominannya mengarah kepada perkara tabu.
Seorang tabi'in, Al-Ahnaf bin Qois -rahimahullah- berkata, "Jauhkanlah
majelis kita dari obrolan seputar wanita dan makanan karena aku benci
seseorang yang suka membicarakan (masalah) farji dan perutnya".[Lihat
Siyar A'lam An-Nubala' (4/94)]
Nabi -Shollallahu 'alaihi wasallam- bersabda,
إِنَّ مِنْ أَشَرُّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ منزلة يَوْمَ الْقِيَامَةِ
الرَّجُلُ يُفْضِيْ إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِيْ إِلَيْهِ ثُمَّ
يُنْشِرُ سَرَّهَا
"Diantara manusia yang paling buruk di sisi Allah pada hari kiamat
adalah seorang laki-laki yang mendatangi istrinya, dan istrinyapun
datang kepadanya, lalu ia menyebarkan rahasianya". [HR.Muslim dalam
Shohih-nya (1437), dan Abu Dawud dalam Sunan-nya (4870)]
Imam An-Nawawiy-rahimahullah- berkata, "Dalam hadits ini terdapat
(faedah) diharamkannya seseorang menyebarkan sesuatu yang terjadi
antara dia dengan istrinya berupa perkara jimak, serta menggambarkan
hal itu secara rinci dan sesuatu yang terjadi pada wanita di dalamnya
berupa ucapan, perbuatan, dan sejenisnya". [Lihat Syarah Shohih Muslim
(10/8)]
Seyogyanya seorang muslim -apalagi pelajar ilmu syar'i- selalu
berusaha membersihkan lidahnya ketika ia berbicara di depan orang.
Karena seorang yang mengotori mulutnya dengan kisah-kisah dan cerita
tentang wanita yang bisa membangkitkan gejolak syahwat, akan merusak
citra dirinya sendiri dan memberikan dampak buruk kepada teman
duduknya .
Abdullah bin Umar -radhiyallahu anhuma- berkata,
أَحَقُّ مَا طُهِّرَ الْعَبْدُ لِسَانَهُ
"Sesuatu yang paling pantas disucikan oleh seorang hamba adalah
lisannya" . [HR.Ahmad dalam Az-Zuhd (26), Abu Dawud dalam Az-Zuhd
(322),Ibnu Abi Ashim dalam Az-Zuhd (26),dan Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah
(1/307) dengan sanad yang shohih]
Para ulama kita melarang seseorang untuk berbicara tentang wanita,
karena itu merupakan jalan tergelincirnya seseorang dan bisa
mengantarkan untuk membicarakan perkara yang haram, berupa hal-hal
yang berkaitan dengannya; entah itu dengan menggambarkan keelokan
tubuh dan perangai seorang wanita, ataukah menyebarkan rahasia yang
terjadi antara seorang suami dengan istrinya. Sedang ini merupakan
seburuk-buruknya perbuatan yang diberikan ancaman keras bagi pelakunya
sebagaimana dalam hadits di atas.
* Dusta Demi Canda
Ciri seorang mukmin adalah jujur dalam berbicara sebagaimana pribadi
Nabi kita. Abu Hurairah berkata, "Ya Rasulullah, engkau bercanda
dengan kami?" Beliau bersabda,
إِنِّيْ لّا أَقُوْلُ إِلَّا حَقًا
"Sesungguhnya aku tak akan mengucapkan sesuatu kecuali itu benar" . At-
Tirmidzy dalam As-Sunan (1990). Hadits ini di-shohih-kan Al-Albany
dalam Ash-Shohihah (1726)]
Satu bentuk kebiasaan buruk jika seseorang berusaha untuk membuat
orang lain senang dan tertawa, namun ia mengucapkan sesuatu yang dusta
sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian pelawak, dan pemain sandiwara
atau orang yang cari-cari muka.
Jauhilah dusta dalam bercanda sebab ini akan meluputkan kalian dari
suatu fadhilah dan balasan yang agung di sisi Allah pada hari
kemudian. Nabi bersabda:
أَنَا زَعِيْمٌ بِبَيْتٍ فِيْ ربض الْجَنَّةِ لَمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ
وَإِنْ كَانَ مُحِقًا وَبِبَيْتٍ فِيْ وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ
الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِيْ أَعْلَى الْجَنَّةِ
لِمَنْ حَسُنَ خُلُقُهُ
"Aku akan memberikan jaminan sebuah rumah di pinggir surga bagi orang
yang meninggalkan perdebatan sekalipun ia benar, dan rumah di tengah
surga bagi orang yang meninggalkan dusta sekalipun ia bercanda, serta
rumah di bagian atas surga bagi orang yang akhlaknya bagus". [HR. Abu
Dawud dalam As-Sunan (4800). Lihat Ash-Shohihah (494)]
Inilah sebagian canda dan humor yang dilarang dalam Islam sengaja kami
sampaikan di hadapan saudara-saudara sekalian agar kita bisa mengenal
dan menjauhinya. Sebab berapa banyak orang masuk dalam neraka Cuma
karena salah dalam mengucapkan sesuatu.

anda tahu isi Piagam Madinah?

Sebagai produk yang lahir dari rahim peradaban Islam, Piagam Madinah
diakui sebagai bentuk perjanjian dan kesepakatan bersama bagi
membangun masyarakat Madinah yang plural, adil, dan berkeadaban. Di
mata para sejarahwan dan sosiolog ternama Barat, Robert N. Bellah,
Piagam Madinah yang disusun Rasulullah itu dinilai sebagai konstitusi
termodern di zamannya, atau konstitusi pertama di dunia. Berikut
petikan lengkap terjemahan Piagam Madinah yang terdiri dari 47 pasal:
Preambule: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Ini adalah piagam dari Muhammad, Rasulullah SAW, di kalangan mukminin
dan muslimin (yang berasal) dari Quraisy dan Yatsrib (Madinah), dan
yang mengikuti mereka, menggabungkan diri dan berjuang bersama mereka.
Pasal 1: Sesungguhnya mereka satu umat, lain dari (komunitas) manusia
lain.
Pasal 2: Kaum Muhajirin (pendatang) dari Quraisy sesuai keadaan
(kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diat di antara mereka dan
mereka membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di
antara mukminin.
Pasal 3: Banu 'Awf, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu
membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku
membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.
Pasal 4: Banu Sa'idah, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu
membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku
membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara
mukminin.
Pasal 5: Banu al-Hars, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu
membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku
membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara
mukminin.
Pasal 6: Banu Jusyam, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu
membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku
membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara
mukminin.
Pasal 7: Banu al-Najjar, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-
membahu membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap
suku membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara
mukminin.
Pasal 8: Banu 'Amr Ibn 'Awf, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-
membahu membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap
suku membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara
mukminin.
Pasal 9: Banu al-Nabit, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-
membahu membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap
suku membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara
mukminin.
Pasal 10: Banu al-'Aws, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-
membahu membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap
suku membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara
mukminin.
Pasal 11: Sesungguhnya mukminin tidak boleh membiarkan orang yang
berat menanggung utang di antara mereka, tetapi membantunya dengan
baik dalam pembayaran tebusan atau diat.
Pasal 12: Seorang mukmin tidak dibolehkan membuat persekutuan dengan
sekutu mukmin lainnya, tanpa persetujuan dari padanya.
Pasal 13: Orang-orang mukmin yang takwa harus menentang orang yang di
antara mereka mencari atau menuntut sesuatu secara zalim, jahat,
melakukan permusuhan atau kerusakan di kalangan mukminin. Kekuatan
mereka bersatu dalam menentangnya, sekalipun ia anak dari salah
seorang di antara mereka.
Pasal 14: Seorang mukmin tidak boleh membunuh orang beriman lainnya
lantaran (membunuh) orang kafir. Tidak boleh pula orang mukmin
membantu orang kafir untuk (membunuh) orang beriman.
Pasal 15: Jaminan Allah satu. Jaminan (perlindungan) diberikan oleh
mereka yang dekat. Sesungguhnya mukminin itu saling membantu, tidak
tergantung pada golongan lain.
Pasal 16: Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas
pertolongan dan santunan, sepanjang (mukminin) tidak terzalimi dan
ditentang (olehnya).
Pasal 17: Perdamaian mukminin adalah satu. Seorang mukmin tidak boleh
membuat perdamaian tanpa ikut serta mukmin lainnya di dalam suatu
peperangan di jalan Allah Allah, kecuali atas dasar kesamaan dan
keadilan di antara mereka.
Pasal 18: Setiap pasukan yang berperang bersama kita harus bahu-
membahu satu sama lain.
Pasal 19: Orang-orang mukmin itu membalas pembunuh mukmin lainnya
dalam peperangan di jalan Allah. Orang-orang beriman dan bertakwa
berada pada petunjuk yang terbaik dan lurus.
Pasal 20: Orang musyrik (Yatsrib) dilarang melindungi harta dan jiwa
orang (musyrik) Quraisy, dan tidak boleh bercampur tangan melawan
orang beriman.
Pasal 21: Barang siapa yang membunuh orang beriman dan cukup bukti
atas perbuatannya, harus dihukum bunuh, kecuali wali si terbunuh rela
(menerima diat). Segenap orang beriman harus bersatu dalam
menghukumnya.
Pasal 22: Tidak dibenarkan bagi orang mukmin yang mengakui piagam ini,
percaya pada Allah dan Hari Akhir, untuk membantu pembunuh dan memberi
tempat kediaman kepadanya. Siapa yang memberi bantuan atau menyediakan
tempat tinggal bagi pelanggar itu, akan mendapat kutukan dan kemurkaan
Allah di hari kiamat, dan tidak diterima daripadanya penyesalan dan
tebusan.
Pasal 23: Apabila kamu berselisih tentang sesuatu, penyelesaiannya
menurut (ketentuan) Allah 'azza wa jalla dan (keputusan) Muhammad SAW.
Pasal 24: Kaum Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam
peperangan.
Pasal 25: Kaum Yahudi dari Bani 'Awf adalah satu umat dengan mukminin.
Bagi kaum Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka.
Juga (kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri mereka
sendiri, kecuali bagi yang zalim dan jahat. Hal demikian akan merusak
diri dan keluarganya.
Pasal 26: Kaum Yahudi Banu Najjar diperlakukan sama seperti Yahudi
Banu 'Awf.
Pasal 27: Kaum Yahudi Banu Hars diperlakukan sama seperti Yahudi Banu
'Awf.
Pasal 28: Kaum Yahudi Banu Sa'idah diperlakukan sama seperti Yahudi
Banu 'Awf.
Pasal 29: Kaum Yahudi Banu Jusyam diperlakukan sama seperti Yahudi
Banu 'Awf.
Pasal 30: Kaum Yahudi Banu al-'Aws diperlakukan sama seperti Yahudi
Banu 'Awf.
Pasal 31: Kaum Yahudi Banu Sa'labah diperlakukan sama seperti Yahudi
Banu 'Awf, kecuali orang zalim atau khianat. Hukumannya hanya menimpa
diri dan keluarganya.
Pasal 32: Suku Jafnah dari Sa'labah (diperlakukan) sama seperti mereka
(Banu Sa'labah).
Pasal 33: Banu Syutaybah (diperlakukan) sama seperti Yahudi Banu 'Awf.
Sesungguhnya kebaikan (kesetiaan) itu lain dari kejahatan (khianat).
Pasal 34: Sekutu-sekutu Sa'labah (diperlakukan) sama seperti mereka
(Banu Sa'labah).
Pasal 35: Kerabat Yahudi (di luar kota Madinah) sama seperti mereka
(Yahudi).
Pasal 36: Tidak seorang pun dibenarkan (untuk perang), kecuali seizin
Muhammad SAW. Ia tidak boleh dihalangi (menuntut pembalasan) luka
(yang dibuat orang lain). Siapa berbuat jahat (membunuh), maka balasan
kejahatan itu akan menimpa diri dan keluarganya, kecuali ia teraniaya.
Sesungguhnya Allah sangat membenarkan (ketentuan) ini.
Pasal 37: Bagi kaum Yahudi ada kewajiban biaya, dan bagi kaum muslimin
ada kewajiban biaya. Mereka (Yahudi dan muslimin) bantu-membantu dalam
menghadapi musuh Piagam ini. Mereka saling memberi saran dan nasihat.
Memenuhi janji lawan dari khianat. Seseorang tidak menanggung hukuman
akibat (kesalahan) sekutunya. Pembelaan diberikan kepada pihak yang
teraniaya.
Pasal 38: Kamu Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam
peperangan.
Pasal 39: Sesungguhnya Yatsrib itu tanahnya "haram" (suci) bagi warga
Piagam ini.
Pasal 40: Orang yang mendapat jaminan (diperlakukan) seperti diri
penjamin, sepanjang tidak bertindak merugikan dan tidak khianat.
Pasal 41: Tidak boleh jaminan diberikan, kecuali seizin ahlinya.
Pasal 42: Bila terjadi suatu peristiwa atau perselisihan di antara
pendukung Piagam ini, yang dikhawatirkan menimbulkan bahaya,
diserahkan penyelesaiannya menurut (ketentuan) Allah 'azza wa jalla,
dan (keputusan) Muhammad SAW. Sesungguhnya Allah paling memelihara dan
memandang baik isi Piagam ini.
Pasal 43: Sungguh tidak ada perlindungan bagi Quraisy (Mekkah) dan
juga bagi pendukung mereka.
Pasal 44: Mereka (pendukung Piagam) bahu-membahu dalam menghadapi
penyerang kota Yatsrib.
Pasal 45: Apabila mereka (pendukung piagam) diajak berdamai dan mereka
(pihak lawan) memenuhi perdamaian serta melaksanakan perdamaian itu,
maka perdamaian itu harus dipatuhi. Jika mereka diajak berdamai
seperti itu, kaum mukminin wajib memenuhi ajakan dan melaksanakan
perdamaian itu, kecuali terhadap orang yang menyerang agama. Setiap
orang wajib melaksanakan (kewajiban) masing-masing sesuai tugasnya.
Pasal 46: Kaum yahudi al-'Aws, sekutu dan diri mereka memiliki hak dan
kewajiban seperti kelompok lain pendukung Piagam ini, dengan perlakuan
yang baik dan penuh dari semua pendukung Piagam ini. Sesungguhnya
kebaikan (kesetiaan) itu berbeda dari kejahatan (pengkhianatan).
Setiap orang bwertanggungjawab atas perbuatannya. Sesungguhnya Allah
paling membenarkan dan memandang baik isi Piagam ini.
Pasal 47: Sesungguhnya Piagam ini tidak membela orang zalim dan
khianat. Orang yang keluar (bepergian) aman, dan orang berada di
Madinah aman, kecuali orang yang zalim dan khianat. Allah adalah
penjamin orang yang berbuat baik dan takwa. Dan Muhammad Rasulullah
SAW.

Menghitung Kecepatan Terbang Nabi Sulaiman

By : Armansyah

Dan bagi Sulaiman angin; yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan
sebulan perjalanan dan diwaktu sorenya sebulan (pula) dan Kami suruh
menyelidiki baginya sumber logam. Diantara Jin ada yang bekerja dihadapannya
dengan izin Tuhannya; dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari
perintah Kami, Kami rasakan kepadanya siksaan api yang menyala.
Mereka mengerjakan untuknya apa yang dia kehendaki dari gedung-gedung
pencakar langit dan patung-patung, serta piring-piring seperti kolam dengan
roda-roda yang bersumbu. Bekerjalah hai keluarga Daud sambil bersyukur, dan
sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.
(QS. 34:12-13)
Analisis saya, bahwa Nabi Sulaiman dengan kecerdasan dan ilmu pengetahuan
yang dipahaminya berkat kebijaksanaan Allah, telah mampu memahami
hukum-hukum alam termasuk apa yang kita sebut sekarang dengan aerodinamika,
kekekalan massa, kekekalan energi dan lain sebagainya sehingga beliau dapat
menundukkan alam yang pada konteks disini khususnya adalah angin sehingga
dengan tekhnologinya beliau mampu melakukan perjalanan secepat kilat yang
perjalanannya diwaktu pagi lamanya dengan perjalanan yang ditempuh oleh
manusia biasa adalah satu bulan !
Jelas Nabi Sulaiman meskipun berkedudukan sebagai seorang Nabi, ia tetaplah
manusia biasa yang mempunyai keterbatasan dalam bertindak, makanya tidak
mungkin beliau itu menundukkan angin seperti cerita-cerita dongeng
Abrakadabra layaknya sosok Superman atau Gatot Kaca meskipun jika dia mau
bisa saja melakukannya, tapi Allah senantiasa menetapkan hukum-hukumNya
kepada manusia secara logis dan dinamis.
Tentunya sang Nabi telah mempergunakan pesawat didalam bepergiannya yang
sangat cepat itu !
Dan bahan pesawat tersebut sebagimana yang tersirat dalam ayat AlQur'an
diatas adalah terbuat dari logam dengan menggunakan sumbu-sumbu pada bagian
bawahnya sebagai tenaga naik mula-mula keatas untuk menghindari pengaruh
gravitasi bumi.
Istimewanya lagi, pesawat kendaraan Nabi Sulaiman ini berbentuk piring yang
laksana kolam besarnya dan mampu untuk mencapai gedung-gedung pencakar
langit yang dibuat oleh umatnya, sehingga memudahkan semua urusannya,
termasuk memonitor kerja para prajurit dan umatnya dari ketinggian.
Ingat .. selain berpangkat sebagai Nabi Allah Sulaiman juga berkedudukan
sebagai seorang raja waktu itu.
Apa yang sudah dicapai oleh Nabi Sulaiman dalam konstruksi pesawat
terbangwaktu itu, belumlah bisa kita wujudkan secara keseluruhan pada
masa ini,
kita baru bisa memotong kompas yang amat sederhana, jika sebelumnya
perjalanan dari Palembang ke Jakarta ditempuh berkendaraan darat memakan
waktu l/k 1 hari penuh /tanpa berhenti/, dengan pesawat terbang bisa dicapai
dalam waktu 1 jam.
Namun Nabi Sulaiman ?
Perjalanannya di waktu pagi sama dengan sebulan perjalanan manusia biasa !
Bayangkan .. berapa kecepatan yang dapat ditempuh oleh beliau dalam
mengelilingi bumi ini bahkan hingga naik keluar angkasa dalam satu
perjalanan waktu Sulaiman.
Disini kita kembali berurusan dengan masalah ruang dan waktu yang selalu
menjadi salah satu topik utama Qur'an. Pada pembahasan yang lalu kita telah
mengadakan perhitungan :
1 hari Allah = 1000 tahun manusia (QS. 22:47)
1 hari malaikat = 50.000 tahun manusia (QS. 70:4)
1 hari Nabi Sulaiman = 2 bulan manusia (QS. 34:12)
Bandingkan dengan waktu tempuh Rasulullah Muhammad Saw Al-Amin selaku Nabi
penutup dalam perjalanannya ke Muntaha melewati garis tengah bima sakti yang
dalam perhitungan sekarang = 10 milyard tahun cahaya dalam waktu 1 malam
atau 1/2 hari manusia untuk menghadap Allah !
Sungguh .. Allah maha besar dan maha berkuasa atas segala sesuatunya.
Pada bahagian yang lain, AlQur'an juga menyatakan bahwa tekhnologi yang
dimiliki oleh Nabi Sulaiman juga telah mencakup tekhnologi tranformasi,
ingat pada peristiwa pemindahan singgasana ratu Saba' yang dilakukan oleh
seorang manusia yang mempunyai ilmu dari kitab dari kerajaan Nabi Sulaiman.
Dia berkata: "Wahai masyarakat, siapakah di antara kamu sekalian yang
sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku
sebagai orang-orang yang muslimin ?".
Berkatalah 'Ifrit dari golongan Jin: "Aku akan datang kepadamu dengan
membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu beranjak dari tempat dudukmu;
sesungguhnya aku benar-benar kuat membawanya lagi dapat dipercaya".
Berkatalah seorang yang mempunyai pengetahuan dari kitab: "Aku akan membawa
singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman
melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata:"Ini karunia
Tuhanku untuk menguji aku apakah aku bersyukur atau mengingkari ? Dan
barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya
sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya
lagi Maha Mulia".
(QS. 27:38-40)
Dr. Yahya Sa'id al-Mahjari, seorang sarjana Muslim Arab dari Mesir yang
sekarang bertugas sebagai konsultan utama tentang keadaan energi dan
lingkungan pada pusat Pengkajian Teknologi di Finlandia mengatakan bahwa apa
yang dilakukan oleh orang tersebut dipandang dari sudut ilmu pengetahuan
modern yang ada pada kita sekarang ini benar-benar suatu langkah maju
sekali.
Pertama, dia telah mengubah singgasana Ratu Saba' menjadi semacam energi
/tidaklah penting apakah energi itu berupa panas seperti yang kita dapatkan
dari peralatan atomik model sekarang yang berkapasitas rendah/ namun suatu
energi yang menyerupai listrik atau cahaya dapat dikirim lewat gelombang
listrik magnetik.
Kedua, ia berhasil mengirim energi itu dari negri Saba' di Yaman kenegri
Nabi SUlaiman di Palestina. Karena kecepatan penyebaran gelombang listrik
magnetik sama dengan kecepatan cahaya, yaitu 300.000 km perdetik, maka waktu
yang ditempuh energi itu untuk sampai kenegri Nabi Sulaiman adalah kurang
dari satu detik, meskipun jarak antara Saba' dan kerajaan Nabi Sulaiman
mencapai 3.000 kilometer.
Ketiga, ia mampu mengubah energi itu, ketika tiba dikerajaan Nabi Sulaiman,
menjadi materi sama persis seperti gambaran materi sebelumnya /proses
materialisasi/, artinya, setiap benda, bagian dan atom kembali kebentuk dan
tempat asalnya semula.
Sesungguhnya energi /at-thaqqah/ dan materi /al-maddah/ adalah dua bentuk
berbeda dari benda yang sama. Materi bisa berubah menjadi energi dan
sebaliknya. Manusia saat ini telah berhasil mengubah materi menjadi energi
dalam berbagai perlengkapan atau peralatan dengan memanfaatkan energi atom
antara lain melahirkan atau memproduksi energi listrik untuk kemaslahatan
peradaban manusia banyak.
Meskipun demikian, kemampuan manusia dalam mengubah materi menjadi energi
masih berada dalam tahap perbaikan serta pengembangan. Demikian pula,
manusia telah berhasil kendatipun dalam kadar sangat minim dan rendah,
mengubah energi menjadi materi dengan alat yang disebut Akselerator partikel
/particel accelerator/.
Walaupun demikian, kadar kemampuan dalam hal itu masih terus ditingkatkan
dan disempurnakan, sehingga kita akan sampai pada satu kesimpulan,
pengubahan materi menjadi energi dan sebaliknya merupakan pekerjaan yang
dapat dilakukan secara ilmiah dan praktis.
Jika manusia kelak bisa melakukan perubahan antara materi dan energi dengan
mudah, maka pasti ia akan menghasilkan perubahan total dan mendasar. Bahkan,
boleh jadi, manusia melahirkan revolusi besar-besaran dalam kehidupan modern
sekarang. Salah satu sebab yang memungkinkan pengiriman energi adalah
menggunakan kecepatan cahaya pada gelombang mikro ketempat mana saja yang
kita inginkan, yang kemudian kita ubah kembali menjadi energi.
Dengan cara itu, kita bisa mengirim peralatan atau perlengkapan apa saja,
bahkan rumah berikut isinya bisa dipindahkan kedaerah mana saja dimuka bumi
ini menurut pilihan kita atau malah dipindahkan kebulan atau Mars sekalipun
hanya dalam beberapa detik atau beberapa menit saja, sebagaimana yang sering
kita tonton dalam serial televisi StarTrex.
Tetapi satu hal yang masih diakui sebagai kendala utama oleh para sarjana
fisika untuk membuktikan mimpi ini adalah menggabungkan dan merangkaikan
bagian-bagian atau atom-atom partikel dalam bentuk aslinya secara sempurna
sehingga setiap atom diletakkan pada tempat semula sebelum atom itu diubah
menjadi energi guna melakukan tugas pokoknya.
Masih ada kesukaran lain yang harus dihadapi oleh Sains modern, yaitu
kemampuan menghimpun gelombang elektro magnetik yang ada sekarang, yang
tampaknya hanya 60% saja. Ini disebabkan berpencarnya gelombang itu diudara.
Mengubah materi menjadi gelombang mikro telah tercapai sekarang ini dengan
metode yang ditempuh manusia dalam bentuk aslinya yang memerlukan pengubahan
materi menjadi energi panas, lalu energi mekanik kemudian energi listrik dan
terakhir dikirimkan lewat gelombang mikro.
Itulah sebabnya kita mendapatkan bahwa bagian terbesar dari materi yang kita
dahulukan membuatnya itu tercerai-berai dicelah-celah perubahan tersebut,
dan sisanya -hanya bagian kecil- saja yang dapat kita kirimkan lewat
gelombang mikro. Kemampuan pengubahan energi mekanik menjadi energi listrik
tidak akan lebih dari 20%.
Meskipun kita telah melewati kelemahan teknologi sekarang dalam mengubah
uranium menjadi energi, maka yang berubah menjadi energi itu hanyalah bagian
kecil dari uranium. Sementara sisanya ada pada panas nuklir yang memancarkan
energinya pada ribuan dan jutaan tahun dan berubah menjadi anasir lain
sehingga akhirnya menjadi timah.
Jika saja kita bisa memanfaatkan sebagian lagi dari materi yang
tercerai-berai itu, tentulah berarti jika kita mulai membuat singgasana Ratu
Saba', lalu kita ubah menjadi energi melalui suatu metode tertentu dan kita
kirimkan energi ini via gelombang mikro kemudian gelombang ini kita terima
lagi lalu kita ubah sekali lagi menjadi energi atau diubah menjadi materi,
maka kita tidak akan mendapatkan lebih dari 5% dari singgasana Ratu Saba'
itu.
Sisanya tercerai-beraikan dicelah-celah perubahan-perubahan itu jika kita
lihat kemampuan paling minimal dalam praktik ini. Yang 5% dari materi asli
itu tidak akan cukup untuk membangun satu bagian kecil saja dari singgasana
Ratu Saba', baik kakinya maupun tangannya.
Namun hasil yang dicapai oleh prajurit Nabi Sulaiman itu adalah 100%
sehingga sang Nabi sendiri berkata sebagaimana disebutkan dalam AlQur'an, Ia
berkata: Ubahlah singgasananya itu; Akan kita lihat apakah dia mengenalinya
ataukah tidak. Maka tatkala ia datang ditanyakanlah kepadanya:"Serupa inikah
singgasanamu ?" Dia menjawab:"Seakan-akan singgasana ini adalah singgasanaku
! kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang
berserah diri". (QS. 27:41-42)
Sayangnya, sebagaimana yang umum terjadi disetiap negri yang makmur, akan
selalu ada kelompok-kelompok tertentu yang iri dan dengki dengan
keberhasilan orang lain, begitupula halnya dengan pemerintahan Nabi
Sulaiman, ada orang-orang yang ingkar kepada Allah dan kenabiannya
mengatakan hal-hal yang mereka buat-buat :
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan tentang kerajaan
Sulaiman padahal Sulaiman tidaklah kufur, melainkan setan-setan itu yang
kufur. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan yang diturunkan atas dua
orang berkuasa di Babilon bernama Harut dan Marut. Padahal tidaklah keduanya
mengajar seseorang sebelum mengatakan: "kami tidak lain hanya ujian,
karenanya jangan kamu kufur". (QS. 2:102)
Sulaiman, adalah seorang yang cerdas dan mumpuni serta mendalam ilmunya,
baik dibidang tekhnologi maupun psikologi, dia juga mengetahui bahwa betapa
kekuasaan yang telah diberikan oleh Allah kepadanya adalah suatu hal yang
berat dan penuh tanggung jawab, ia pesimis bahwa sepeninggalnya kelak
kerajaannya akan tetap langgeng, aman sejahtera sebagaimana sewaktu dia
masih ada, selain itu ia juga khawatir bahwa ketinggian tekhnologi
kerajaannya itu akan menimbulkan kekacauan dan malapetaka bagi manusia jika
sampai jatuh ketangan yang tidak bertanggung jawab.
Karenanya Sulaiman dengan kedudukannya sebagai seorang Nabi telah berdoa
kepada Allah :
Ia berkata:"Ya Tuhanku ! berilah perlindungan kepadaku dan karuniailah
untukku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapapun sesudahku, karena Engkau
sungguh Yang Maha pemberi".
(QS. 38:35)
Sungguh besar perhatian Nabi Sulaiman bagi peradaban manusia, melalui doanya
itu, beliau bukan ingin menghalangi orang lain mencapai peradaban yang
tinggi melampui apa yang dicapainya, melainkan malah ingin menghindarkan
kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh kemajuan itu sendiri.
Apa yang telah dicapai oleh Nabi Sulaiman, sebuah kerajaan yang besar dan
megah, beristanakan kaca serta dipenuhi dengan berbagai gedung yang
menjulang tinggi dan pesawat udara canggih berbentuk piring yang
kecepatannya dalam sehari dua bulan perjalanan manusia biasa disertai pula
kemampuannya berbahasa binatang sekaligus mampu mengendalikan prajurit dan
buruh tangguh yang terdiri dari Jin dan manusia serta pasukan burung yang
dapat ia perintah menurut apa yang dikehendakinya lengkap dengan segala
kemajuan tekhnologinya, termasuk transformasi.
Bagi Sulaiman angin yang berpusar dan berhembus dengan perintahnya kenegeri
yang telah Kami berkati. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.
(QS. 21:81)
Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu
mereka itu diatur dengan tertib. (QS. 27:17)
Juga segolongan syaitan-syaitan yang menyelam untuknya serta mengerjakan
pekerjaan selain daripada itu; dan Kami peliharakan mereka /bagi Sulaiman/.
(QS. 21:82)
Dikatakan kepadanya: "Masuklah ke dalam istana itu." Maka ketika dia melihat
lantai istana itu, dikiranya kolam, dan disingsingkannya dari kedua kakinya.
Berkatalah dia /Sulaiman/: "Sungguh itu adalah istana licin yang terbuat
dari kaca". Berkata dia : "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim
terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan
semesta alam". (QS. 27:44)
Apa jadinya jika kekuasaan yang dicapai oleh Nabi Sulaiman itu dipegang oleh
orang lain dan dibuat untuk kerusakan sesama manusia ? Sungguh sukar untuk
dibayangkan.
Dengan tidak mempersempit pemikiran mengenai fenomena UFO, ETI, dan hal-hal
lainnya yang berbau makhluk luar angkasa, ada satu kemungkinan yang
prosentasenya berbanding sama, bahwa apa yang kita lihat selama ini dengan
UFO dan berbagai fenomena mengelilinginya tidak lain adalah sisa-sisa
peradaban yang dilestarikan oleh para Jin & Setan hingga hari ini dan
diajarkan kepada beberapa orang manusia tertentu /Dajjal ?/ untuk membuat
keributan didunia ramai.
Selanjutnya anda bisa membaca secara lebih luas dan dalam mengenai
kemungkinan ini pada buku :Dajjal akan muncul dari segitiga Bermuda karangan
Muhammad Isa Dawud terbitan Pustaka Hidayah 1996, yang dilengkapi dengan
berbagai dalil dan fakta yang tentunya bentuk penguraian beliau akan berbeda
dengan apa yang saya uraikan dan pahami.

SAMBUTAN KETUA RIMA

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, berkah dan karuniaNya sehingga Remaja Islam Masjid Al – Amin (RIMA) Baran Jurang masih tetap berdiri tegak meskipun banyak sekali halangan dan rintangan di zaman globalisasi ini. Tak lupa kami sampaikan sholawat serta salam kepada Beliau junjungan kita Nabi Muhammad saw yang kita nanti-nantikan syafaatnya di yaumul mahsyar nanti.
Dari tahun ke tahun RIMA selalu meningkatkan mutunya. Untuk itu, kami sebagai pengurus baru juga ingin lebih meningkatkan kinerja pengurus RIMA. Salah satunya adalah dengan mendirikan sebuah situs.
Situs ini didirikan, bertujuan untuk memperkenalkan organisasi RIMA di dunia maya dan juga sebagai sarana belajar serta menyediakan tempat bagi anggota RIMA untuk menyalurkan kreatifitas berupa puisi, cerpen, artikel dan lain-lain.
Melalui situs ini kami juga mengajak untuk menjelajah, melintasi berbagai pemikiran dan mengeksplorasi diri serta merenungkan betapa pentingnya pengetahuan agama Islam dan pengetahuan umum. Karena, membaca adalah sebuah kultur dan peradaban suatu bangsa. Dengan membaca, alam pikiran menjadi luas. Membaca juga menjadi sarana ekspresi diri dalam berkomunitas serta untuk terus maju menuju pencerdasan dan pencerahan. RIMA juga berusaha dalam pengembangan sumber daya anggota RIMA khususnya dalam meningkatkan kesadaran keberagamaan.
Kami sadar, masih terdapat berbagai kekurangan dalam membangun situs ini. Untuk itu saran serta kritik yang membangun sangat kami harapkan. Semoga dengan dukungan dari para pembaca sekalian, kami dapat terus memberikan kontribusi bagi upaya pengembangan ummat ke depan. Akhir kata, semoga situs ini ada manfaatnya.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Categories

2012 (1) adab (6) akhwat (6) al qur'an (7) Al-Ghazali (2) alqur'an (3) amal-amal mulia (1) astronomi (2) bercanda (2) bermuda (1) binteng (1) cahaya (3) cantik (5) cinta (3) claudius (1) cosmis (1) dewasa (2) diponegoro (1) fachchar (1) film (1) fisika (4) formosa (1) hati (3) hidup (2) hijab (1) hukum (1) iblis (1) ilmu (2) jawa (1) jilbab (3) jin (1) kecepatan (1) kesehatan (3) ketua (1) kiamat (2) kristologi (2) lailatul qadar (1) liberalisme (3) Madinah (2) makkah (1) manfaat puasa (1) manusia (4) maulud (1) merokok (1) MUI (2) muslim (4) muslimah (6) nabi (3) nasa (1) newton (1) nikah (2) nikmat (1) pacaran (6) pahlawan (1) pengetahuan (13) perempuan (3) planet (1) proteinasi (1) ramadhan (1) RIMA (1) Rosulullah (5) sabar (5) sahur (1) sambutan (1) sejarah (8) sekolah (4) sepakbola (1) sholat (3) suku maya (1) sumur setan (1) syukur (2) tafsir (1) tahun baru (1) Thien (1) valentine (2) waktu (2) wanita (7) zina (5) फित्नाह (1)