RSS

Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)

STRUKTUR ORGANISASI RIMA 2009 - 2012




Pelindung


Bp. Didik Indratmoyo

Penasehat


Bp. H. Rusyadi

Pembina


  1. Bp. Hadi Soimun
  2. Bp. Drs. H. Zazinto
  3. M. Ridwan


Ketua


Afief Kurnia Rachman

Wakil ketua


Fissilmi Gunawati

Sekretaris


  1. Risa Puji Astuti
  2. Henny Issnawaty
  3. M. Fatkhur Rizki


Bendahara


  1. Anita Kristiana
  2. Onny Setyaningsih
  3. Hartono


SEKSI-SEKSI



Dakwah dan PHBI


  1. Dani Setiawan
  2. Alim Wisnu Kurniawan
  3. Romdhoni
  4. Muntoha


Perlengkapan dan Perawatan


  1. Syaiful Mufid
  2. M. Amar Ma’ruf Fauzi
  3. Elvin
  4. Mellisa


Kolektor Listrik


Heri Krismanto

Kesenian dan Mading


  1. Candra Tri Yulianto
  2. Monik Setyorini
  3. Nur Izzati
  4. Maya Aprilia


Sosial


  1. Okki Sulistiawan
  2. Nasta’in
  3. M. Setya Roji’in
  4. Fuad Adhi Sasmito


Kebersihan


  1. Erlin
  2. Dewi Lestariyah
  3. Firawati
  4. Farida


Olahraga


  1. Galuh Adi Prakoso
  2. Syukron Ma’mun
  3. Hima Adhitama
  4. Hariyadi


Humas


  1. Jarwadi
  2. Didik Cahyadi
  3. Hendi Probo Jati


Keamanan


  1. Winarno
  2. As’ari
  3. Mahbub
  4. Mahmud


Sunday, April 17, 2011

Sains Dalam Dunia Tafsir Al-Quran

“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Quran) kepada hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam, yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan, dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya“. (Q.S. Al-Furqan/25 : 1-2)

Al-Quran sebagai petunjuk bagi umat manusia, memiliki banyak barakah, kebaikan yang amat melimpah. Sehingga keberkahan tersebut memberikan ruang bagi para ilmuwan dan para peneliti baik Muslim maupun non Muslim khususnya bagi mereka yang memiliki spesialisasi dalam bidang sains dan teknologi untuk bisa mengungkap semua hasil riset dan eksperimen mereka.
Sebelum para ilmuwan dan para peneliti di seluruh dunia mengungkap dan menemukan suatu teori dan disiplin ilmu, Al-Quran dan tentunya Sunnah Rasulullah SAW sejak 14 abad lalu terlebih dahulu telah memberikan isyarat dan mengungkap berbagai penemuan tersebut.
Hal ini seharusnya dapat membuat para ilmuwan dan para peneliti, jika dia seorang Muslim maka akan bertambah keyakinan akan kebenaran Al-Quran. Jika di non Muslim, peluang masuk surga masih terbuka dengan menjadi seorang Muslim.
Allah SWT memberikan telah jawaban kepada orang-orang yang mengingkari akan kebenaran Al-Quran ini dengan firman-Nya :

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa dia (Al Quran) itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”. (Q.S. fushshilat/ : 53)

Ibnu katsir berkata : “Allah SWT akan perlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya akan kebenaran Al-Quran yang diturunkan dari sisi-Nya kepada Rasulullah SAW dengan berbagai bukti di belahan bumi ini dan juga apa yang terdapat pada diri mereka”.

Al-Quran Berbicara Masalah Sains
Bila kita sering membaca Al-Quran dan mampu memahami ayat-ayat yang kita baca plus dengan tafsirnya, tentunya akan kita dapati bahwa Al-Quran banyak membahas berbagai hal dalam kehidupan kita ini.
Al-Quran sebagai kitab hidayah (petunjuk) dalam kehidupan ini juga membahas masalah sains secara detil, diantaranya tentang proses penciptaan manusia tahap demi tahap. Sebelum para Ilmuwan menemukan teori proses pertumbuhan janin di rahim seorang ibu, Al-Quran sejak 14 abad lalu  telah mengungkap secara jelas.
Al-Quran menjelaskan bagaimana pertumbuhan Janin tersebut mulai dari nuthfah (air mani), ‘Alaqah (segumpal darah), Mudhghah (segumpal daging), ‘izham (tulang), Lahm (daging) hingga lahir seorang bayi ke dunia.
Perhatikan firman Allah SWT :

“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan, maka  sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian  kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan  di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya”. (Q.S. Al-Hajj/ 22 : 5)
Ayat ini menjelaskan tentang bukti akan keraguan orang-orang kafir  terhadap hari kiamat atau hari dibangkitkannya manusia dari alam kubur mereka.
“Jika kalian ragu dengan dikembalikannya kalian (dari alam kubur), maka perhatikan awal mula peciptaan kalian, yaitu peciptaan ayah kalian Adam, agar hilang dan batal semua keraguan pada diri kalian”.
 
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati  dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani  dalam tempat yang kokoh. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk  yang  lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”. (Q.S. Al-Mukminun/ : 12-14)

“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian  supaya kamu sampai kepada masa , kemudian  sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu.  supaya  kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami”. (Q.S. Ghafir/ : 67)

Demikian semoga materi yang singkat ini dapat memberikan tambahan ilmu dan keyakinan kita akan kebenaran Al-Quranul Karim. Kajian yang lebih komprehensif tentang hal ini dan kontribusi Umat Islam khususnya para ilmuwan dan pakar dari berbagai bidang keilmuan amat diperlukan untuk mendakwahkan kebenaran Al-Qur'an di zaman yang serba modern ini.
Sebagai penutup mari renungi firman Allah SWT yang cukup akrab di telinga kita :
 
“Bacalah dengan  nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar  dengan perantaran qalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S. Al-‘Alaq/ 96 : 1-5)

Wallahu ‘alam bishshawab


sumber: taufik hamim

Sunday, April 10, 2011

Ketika Orang Arab Salah Berbahasa Arab


Judul di atas bukan untuk merendahkan siapan pun. Judul itu dibuat hanya sebagai motivasi bagi siapa pun, orang Arab ataupun non-Arab, khususnya bagi mereka yang selama ini menghadapi kesulitan dalam mempelajari bahasa Arab.
Salah dalam menggunakan bahasa Arab merupakan hal biasa. Yang penting, kita harus memiliki azam kuat untuk terus belajar. Tapi mengapa ada orang Arab salah dalam berbahasa Arab? Karena, seseorang tidak dilahirkan dengan memiliki ilmu pengetahuan, melainkan dia harus belajar terlebih dahulu.
Jadi, siapa pun orangnya, apakah dia orang Arab atau bukan, kalau mau belajar bahasa Arab dengan sungguh-sungguh, pasti Allah SWT akan memberinya banyak kemudahan.

Salah Tulis Surat
Suatu hari, seorang juru tulis Abu Musa Al-Asy’ari menuliskan surat darinya kepada Umar ibnul Khattab r.a.:
مِنْ أَبُوْ مُوْسَى اْلأَشْعَرِي
min Abu Musa Al-Asy’ari….

Umar membalas surat itu kepada Abu Musa Al-Asy’ari yang isinya agar Abu Musa mecambuk sang juru tulis karena kesalahannya dalam menuliskan kalimat dalam bahasa Arab tersebut. Kalimat yang benar dalam kaidah Bahasa Arab adalah:
مِنْ أَبِيْ مُوْسَى اْلأَشْعَرِي
min Abi Musa, bukan min Abu Musa.
Kata “Abi”, majrur pakai ya’ karena didahului huruf jarr  “min”.

Umar Marah
Dalam kesempatan lain, Umar ibnul Khattab r.a. pernah melawati sekelompok orang yang sedang belajar memanah. Umar tidak memperlihatkan kekagumannya dengan cara memanah mereka, lalu Umar pun menegur mereka. Meraka pun menjawab :
"إِنَّا قَوْمٌ مُتَعَلِّمِيْنَ".
Inna Qoumun muta’allimin.

Mendengar kalimat tersebut, Umar pun sadar dan prihatin atas kesalahan kalimat
Mengapa demikian? Karena, kalimat yang benar dalam Bahasa Arab
"إِنَّا قَوْمٌ مُتَعَلِّمُوْنَ".
Kata “muta’allimun” marfu’ pakai wawu karena berkedudukan sebagi sifat ‘khabar marfu’, yaitu kata ‘Qaum’.
Lalu Umar berkata: “Demi Allah, kesalahan kalian dalam bertutur kata, bagiku lebih berbahaya dari pada kesalahan kalian dalam mengarahkan anak panah”.

Pernikahan Silang Arab dan Non-Arab
Pada masa khilafah Bani Umayah, dakwah Islam tersebar secara lebih luas dan bercampurnya orang Arab dan non-Arab, juga terjadinya pernikahan silang antara orang Arab dan non-Arab. Mulai saat itulah terjadi banyak kesalahan dalam pengucapan bahasa Arab. Akibatnya, Khalifah Abdul Malik bin Marwan berkata: “Banyaknya orang yang berbicara di atas mimbar dan terjadinya kesalahan (dalam berbahasa Arab) membuat rambutku lebih cepat memutih”.

Kisah Putri Abul Aswad Al-Du’ali
Bagi Anda yang sedang atau pernah belajar bahasa Arab dan sering mengalami kesalahan dalam pengucapan bahasa Arab, jangan sampai merasa pesimis apalagi putusasa dalam mempelajari bahasa Al-Quran ini. Ingat, orang Arab saja banyak yang salah berbahasa Arab! Jadi, wajar kalau pada awal-awal kita belajar kita sering salah dalam menyusun kalimat yang benar.
Coba kita simak bersama kisah putri seorang peletak pertama ilmu Nahwu, salah seorang tabi’in, bernama Abul Aswad Al-Du’aliy. Ia pula yang memulai pengharakatan Al-Quran. Dalam suatu riwayat disebutkan, Ali bin Abi Thalib yang memerintahkan pengharakatan itu. Dalam riwayat lain, Umar ibnul Khattab yang memerintahkannya.
Pada suatu malam, langit terlihat begitu indah dengan cahaya jutaan bintang yang menyinari bumi. Sang putri dalam kisah ini ingin mengungkapkan ketakjubannya. Dia berkata:
ما أحسنُ السماء
Huruf nun berharakat dhammah (marfu’) yang artinya: “Langit, apanya yang paling indah?” .

Maka ayahnya menjawab: “Wahai putriku, langit yang terindah adalah bintang-bintangnya”. Sang putri pun berkata: ”Aku tidak ingin bertanya mana yang paling indah, akan tetapi aku hanya ingin mengungkapkan kekagumanku”.
Sang ayah pun akhirnya berkata: ”Kalau demikian maka katakanlah 
ما أحسنَ السماء
Huruf nun berharakat fathah (manshub) yang artinya “Alangkah indahnya langit ini!”

Bahasa Ibu
Bagi umat Islam, seharusnya bahasa Arab dijadikan bahasa Ibu, sekaligus bahasa nasional dan internasional yang dapat digunakan di mana saja, di mana pun kita bertemu Saudara seseiman dan seakidah.
Seharusnya kita dapat berkomunikasi dengan bahasa Arab, bahasa Rasulullah SAW. Bahasa Arab itu mudah dan perlu dipelajari.
Untuk memahami literatur Islam yang asli, yang tentunya semua berbahasa Arab, maka tidak ada cara lain, kecuali harus memahami bahasa Arab secara baik. Sungguh jauh perbedaan antara orang yang paham bahasa Arab dengan yang tidak. Banyak karya dan peninggalan para ulama kita yang sampai saat ini belum diterjemahkan karena tebal dan berjilid-jilid. Semua karya mereka ini hanya dapat diakses dan dinikmati oleh mereka yang paham bahasa Arab dengan baik.
Jadi, seperti orang yang ingin menaiki satu lantai di atasnya, maka dia harus melalui tangga atau lift. Maka, keberadaan tangga atau lift tersebut wajib. Demikian pula halnya dengan bahasa Arab. Ia adalah sarana dan alat dalam memahami Al-Quran dan Al-Sunnah, serta kitab-kitab dan karya-karya para ulama yang berbahasa Arab itu. Suatu kewajiban akan sempurna bila mana ada sarana penopangnya, maka sarana penopang tersebut keberadaanya menjadi wajib.
Nah, sekarang mari kita bertanya pada diri kita masing-masing: Sudah sejauh mana pemahaman bahasa Arab kita? Apakah tidak ada waktu untuk mempelajari dan memperdalamnya? Sibuk berdakwah, mengurusi ini dan itu?
Semoga Allah SWT yang Mahaadil memudahkan kita yang mau bersungguh-sungguh dan mau meluangkan waktu khusus dalam mempelajari bahasa Arab, bahasa Kitab Suci-Nya. Amin!
“Dan orang-orang yang berjihad untuk Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik” (Q.S. Al-Ankabut/29 : 69).*



sumber: Taufik Hamim

Categories

2012 (1) adab (6) akhwat (6) al qur'an (7) Al-Ghazali (2) alqur'an (3) amal-amal mulia (1) astronomi (2) bercanda (2) bermuda (1) binteng (1) cahaya (3) cantik (5) cinta (3) claudius (1) cosmis (1) dewasa (2) diponegoro (1) fachchar (1) film (1) fisika (4) formosa (1) hati (3) hidup (2) hijab (1) hukum (1) iblis (1) ilmu (2) jawa (1) jilbab (3) jin (1) kecepatan (1) kesehatan (3) ketua (1) kiamat (2) kristologi (2) lailatul qadar (1) liberalisme (3) Madinah (2) makkah (1) manfaat puasa (1) manusia (4) maulud (1) merokok (1) MUI (2) muslim (4) muslimah (6) nabi (3) nasa (1) newton (1) nikah (2) nikmat (1) pacaran (6) pahlawan (1) pengetahuan (13) perempuan (3) planet (1) proteinasi (1) ramadhan (1) RIMA (1) Rosulullah (5) sabar (5) sahur (1) sambutan (1) sejarah (8) sekolah (4) sepakbola (1) sholat (3) suku maya (1) sumur setan (1) syukur (2) tafsir (1) tahun baru (1) Thien (1) valentine (2) waktu (2) wanita (7) zina (5) फित्नाह (1)